ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sosok

Kisah Nicholas Messet, Eks Pendiri OPM Kembali ke Indonesia Setelah Sadar Ditipu Belanda

Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.

Tribun-Papua.com/Istimewa
Tokoh senior Papua yang juga pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicholas Messet. 

TRIBUN-PAPUA.COM - Nicholas Messet, seorang pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah kembali ke Indonesia pada 2007.

Sebelumnya, dia malang melintang selama 40 tahun mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua.

Nicholas Messet dalam sebuah video yang diunggah akun facebook Yudi Prasetyo Djojokusumo, medio 2020, secara gamblang mengisahkan perjalanan hidupnya.

Mulanya, Nicholas Messet terhentak saat Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy.

Baca juga: Tokoh Adat Papua Minta Presiden Buka Ruang Dialog Atasi KKB

Dalam pertemuan itu, Kennedy menyadarkan Nicolaas Jouwe bahwa dirinya telah dicurangi Belanda.

“Pada 24 Agustus 1828, Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda. Itu artinya anda (Papua) adalah bagian dari Indonesia,” kata Kennedy kepada Nicolaas Jouwe, sebagaimana diceritakan Nicholas Messet dalam video tersebut.

Berdasarkan cerita Jouwe tersebut, Nicholas Messet kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

Sebelum mengambil keputusan itu, Nicholas Messet mengaku telah berkeliling dunia selama 40 tahun untuk mencari arti kemerdekaan.

Baca juga: Aktivis Mati Muda di Gunung Semeru Itu Bernama Soe Hok Gie

Khususnya untuk menjawab pertanyaan, apakah benar bangsa Papua itu merdeka?

“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.

Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.

Kala itu dia masih berusia 15 tahun, 59 tahun lalu, dan tidak banyak orang yang hadir dalam acara tersebut.

Baca juga: 109 Koruptor Ditangkap KPK Tahun Ini, Rp 46,5 Triliun Kerugian Negara Diselamatkan

Terlepas dari itu, dia kini tegas mengakui bahwa Papua sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828 pemerintah Belanda atau pemerintah Kolonial Belanda waktu itu resmi menyatakan bahwa tanah Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda,” tegasnya.

“Sementara Hindia-Belanda itu dijajah oleh pemerintah Belanda. Untuk itu, kita sudah merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita adalah bagian dari Republik Indonesia,” tekannya.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Adat Moi Dukung Bupati Sorong Cabut Izin Usaha Sawit 

Atas alasan itu, dia mengajak para simpatisan OPM untuk bangun dari tidur dan sadar bahwa cita-cita pembentukan negara Papua adalah tipu daya Belanda.

“Jadi untuk saya, bendera itu kenangan lama. Kenang-kenangan yang Belanda menipukan kita bahwa kita akan menjadi satu negara sendiri di luar dari Republik Indonesia,” tandasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved