SDM Papua
Bangun SDM Papua, Aloysius Giyai Tawarkan 10 Kebijakan ini Ke Bappenas
Sekretaris Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, drg. Aloysius Giyai menawarkan 10 kebijakan ke Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
“Kondisi yang kita alami selama 20 tahun belakangan ialah banyak masyarakat Papua belum menikmati JKN-KIS karena umumnya tak punya NIK karena belum ada KTP Elektronik,”ujarnya.
Belajar Progam Para Bupati
Menurut Aloysius, dalam upaya meningkatkan SDM Papua melalui pendidikan dan kesehatan, banyak contoh program dari sejumlah bupati di Papua yang bisa ditiru dan dikembangkan oleh bupati lain di seluruh Papua.
Misalnya, Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang sukses dilakukan Bupati Usman G. Wanimbo di Kabupaten Tolikara sejak 2014 dengan memberikan makanan bergizi kepada ibu hamil hingga anak usia 2 tahun.
Baca juga: 45 Ucapan Selamat Natal Bahasa Inggris dan Indonesia, Cocok Dibagikan di Media Sosial
“Kemudian, saat mereka masuk TK, kita bisa tiru program dari Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalom, yang mewajibkan semua OPD memiliki PAUD binaan,” kata mantan Direktur RSUD Jayapura ini.
Di tingkat SD dan SLTP, kata Aloysius, program pendidikan berbasis budaya yang sedang dikembangkan oleh Bupati Pegunungan Bintang, Spey Yan Bidana bisa ditiru.
Model pendidikan berbasis budaya yang diberi nama Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi (PBPM) kerjasama dengan Yayasan Alirena ini membuat putra-putri Papua cerdas dan siap memasuki globalisasi tetapi tetap berakar dalam lingkungan budayanya.
Baca juga: Seorang Ibu Meninggal Pasca Operasi dan Kain Kasa Dalam Perut, Sejumlah Warga Datangi DPRD
Sementara saat masuk SMA/SMK, pemerintah daerah di seluruh Papua harus kembali kepada model pendidikan misionaris yang pendidikan berpola asrama, bekerjasama dengan sejumlah yayasan pendidikan keagamaan seperyi YPPK, YPK, PGI dan Advent.
“Nah kalau ke Perguruan Tinggi, kami dari Pegunungan Bintang telah beri contoh dengan hadirkan Universitas Okmin Papua,"ujarnya.
"Tahun ini sudah mulai dengan 5 progam studi dan 615 mahasiswa perdana, dimana 8 orang adalah warga PNG. Ada satu prodi yang unik adalah Antropologi Melanesia, dimana mahasiswa belajar khusus tentang kehidupan suku, budayanya sendiri,”tambah dia.(*)
