Papua Terkini
Aktivis Nilai Pernyataan Gubernur Papua Tidak Proporsional
Aktivis HAM Yan Christian Warinussy menilai pernyataan Gubernur Lukas Enembe dalam potongan video yang viral tidak proporsional
TRIBUN-PAPUA.COM,JAYAPURA- Aktivis HAM Yan Christian Warinussy menilai pernyataan Gubernur Lukas Enembe dalam potongan video yang viral dalam dua hari terakhir ini soal 'Orang Papua Tidak Happy' adalah tidak proporsional.
Warinussy yang merupakan Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari itu mengatakan tayangan pendek tersebut memperlihatkan Lukas Enembe tengah berdiri ditemani sejumlah orang.
Baca juga: Ferry Kurnia Sebut Virtual Assistant Jadi Tool Nasabah Komunikasi Dengan Bank Mandiri
Dimana Gubernur Lukas Enembe mengenakan kemeja khas Batik Papua serta berkalung bunga. Cuplikan video yang diunggah sejak Selasa (8/2/2022) di jejaring sosial, memunculkan reaksi tanggapan dari netizen.
“Kesan saya pribadi melihat (video) bahwa ia (Lukas Enembe) masih dalam posisi sakit. Saya tegaskan bahwa dia masih dalam kondisi sakit,”kata Yan Christian Warinussy, Kamis (10/02).
Dia mengatakan dengan menurunnya kesehatan orang nomor satu di Bumi Cenderawasih itu nampak terlihat dengan jelas, karena berbicara terbata-bata dan terkesan kurang jelas.
“Dari cara berbicaranya, pengungkapan kata-katanya, tidak terdengar seperti arti sebenarnya, itu artinya ia dalam posisi sakit,” ujarnya.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Timnas U-23 Indonesia Bakal Terbang ke Kamboja Pakai Pesawat Carter
Mantan wartawan Harian Cenderawasih Pos ini juga mengaku pernyataan Lukas Enembe dapat dengan mudah dianalisis, namun sukar dipahami.
“Bisa dianalisis tapi juga dapat membuat kita sulit menganalisis. Yang terjadi sekarang di publik, orang bingung dengan pernyataan Lukas Enembe,”katanya.
Sebagai pengacara senior, Warinussy menerjemahkan pernyataan Gubernur Lukas Enembe tidak proporsional.
Seharusnya mantan Bupati Puncak Jaya itu adalah sosok yang lebih paham kondisi rakyat, tahu apa yang harus dikerjakan agar Orang Papua sejahtera.
Baca juga: Polwan Manado Briptu Christy Check-in Pakai Nama Orang Lain, Pihak Hotel Enggan Sebut Sosoknya
Suami dari Yulce Enembe itu adalah pihak yang lebih tahu, biasanya datang ketika pejabat dari pusat bertanya tentang Papua. Mereka akan menanyakannya kepada Gubernur.
“Pernyataannya tidak proporsional sebagai seorang Gubernur yang seharusnya mengetahui situasi rakyatnya, yang dia perlu lakukan adalah menyembuhkan ‘kesakitan’ mereka, mengurangi beban mereka,” katanya.
Bagi Warinussy, pernyataan Gubernur Lukas Enembe tak langsung menjawab pertanyaan publik kemana Gubernur Papua selama ini.
Baca juga: FULL TIME: Imbang dengan Persik, Persipura ‘Nyaman’ di Posisi 15 Klasemen
“Rakyat sakit, menderita, diteror, diancam, ditembak, Anda dimana?”ujarnya.
Gubernur Lukas Enembe, kata Warinussy selayaknya membela rakyat. Misalnya dengan menyerukan perdamaian atas pertikaian di sejumlah daerah.
Lanjut dia, berkewajiban sebagai pemimpin mensejahterakan (memenuhi kebutuhan) masyarakat atau menghentikan penembakan antara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka dengan TNI/Polri.
“Anda sudah melakukan apa? paling tidak Gubernur menyerukan menghentikan penembakan karena sudah buat rakyat menderita,”katanya.
Baca juga: Sukses Foto dengan Marc Marquez setelah Merayu Berkali-kali, Khairi: Rasanya seperti Mimpi
Namun kata Warinussy, Gubernur Lukas belum optimal.
“Masa kita jauh-jauh ini yang berteriak, baru gubernur dengan keadaan terjadi di depan pelupuk mata, tidak bisa mengambil langkah-langkah penting?” tanyanya.
Warinussy memuji sejumlah keputusan Lukas untuk Papua. “Tapi apa yang sudah ia lakukan agar masyarakat sejahtera?”ujarnya.
Sebelumnya, sebuah tayangan video berdurasi 1 menit 23 detik memperlihatkan pidato Gubernur Papua Lukas Enembe. Pidato ini diduga di suatu daerah di pedalaman Papua.
Baca juga: Prabowo Subianto Deklarasi Capres Tahun Ini, Begini Kata Sekjen Gerindra
Dalam sambutannya, Lukas mengatakan, orang Papua tidak happy. “Seluruh Papua. Dimuka bumi ini, yang tidak happy itu orang Papua. "Kamu catat itu. Orang tidak hidup dalam kebahagiaan.”
Ia menambahkan, sejumlah daerah ‘menangis’ saat ini. Ada Intan Jaya, Puncak, Nduga, Pegunungan Bintang, termasuk Maybrat.
“Orang tidak hidup normal di negeri sendiri. Tidak hidup aman, kami lahir bukan untuk itu."(*)