Sosok
Ternyata Pematung Presiden Jokowi Naik Motor yang Punya Mahakarya GWK Bali, Ini Sosoknya
I Nyoman Nuarta memang diketahui sebagai seorang pematung yang telah mengahasilkan beberapa karya patung yang cukup fenomenal.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Di usianya sudah menginjak 70 tahun, dalam beberapa minggu terakhir Seniman Nyoman Nuarta asal Bali berkonsentrasi penuh menyelesaikan patung 'speed' yang menggambarkan sosok Presiden Joko Widodo yang tengah melesat mengendarai motor custom.
"Kecepatan dan akselerasi, menjadi dua aspek yang saya masukkan dalam simbol 'speed' ini. Itulah yang saya tafsirkan terhadap kepemimpinam Pak Jokowi selama ini. Beliau selalu mendorong percepatan pencapaian cita-cita bangsa," katanya.
Mengendarai motor modifikasi, katanya secara implisit bermakna penanda utama pembangunan bangsa, terlebih di masa krisis global saat ini.
Baca juga: Ini Makna Patung Speed Presiden Jokowi Karya Nyoman Nuarta di Sirkuit Mandalika
"Selain kesukaannya blusukan, Pak Jokowi juga suka dengan mengendarai motor custom buatan anak bangsa,” ujarnya.
Nyoman Nuarta juga menjelaskan bahwa karya 'speed' ini direpresentasikan sebagai pengendali kecepatan dan pendorong kemajuan.
“Salah satu ukuran penting seorang seniman ialah integritas dan kejujuran. Dan saya selalu pegang itu," terangnya..
"Saya berusaha menangkap kesan sosok seorang pemimpin yang terus berusaha membangun bangsa tanpa menghilangkan kesan sederhana dan kesukaannya mengendarai motor," ujarnya.
Sosok I Nyoman Nuarta
I Nyoman Nuarta diketahui sebagai seorang pematung yang telah mengahasilkan beberapa karya patung yang cukup fenomenal.
Karya monumentalnya antara lain patung raksasa Garuda Wisnu Kencana di Bali, serta patung Arjuna Wiwaha yang menjadi landmark di ujung Jl. MH Thamrin, Jakarta.
I Nyoman Nuarta berasal Tabanan, Bali kelahiran 14 November 1951 dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra
Dalam Buku Biografi Nyoman Nuarta terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, disebutkan bahwa Nyoman kecil tinggal di lingkungan pedesaan.
Sejak kecil, Nyoman Nuarta tinggal bersama pamannya, Ketut Dharma Susila di Desa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Ketertarikannya di dunia patung dimulai kala ia masuk ke Institut Teknologi Bandung pada 1972.
Saat masuk di kampus itu, Nyoman memilih jurusan seni lukis.