ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kenapa 'Perlakuan' Media Barat soal Rusia Vs Ukraina Berbeda dengan Israel Vs Palestina?

Pemberitaan media Barat tentang perang Rusia vs Ukraina beda dengan konflik Israel vs Palestina jadi pertanyaan warganet, khususnya Indonesia.

(AFP PHOTO/AHMAD GHARABLI)
Wisatawan berdiri di Bukit Zaitun yang menghadap Kota Tua Yerusalem dan Kubah Batu di kompleks masjid al-Aqsa pada 18 Februari 2022. 

TRIBUN-PAPUA.COM - Pemberitaan media Barat tentang perang Rusia vs Ukraina yang sangat gencar, berbeda dengan pemberitaan konflik Israel dan Palestina menjadi pertanyaan sejumlah reaksi masyarakat internet, khususnya Indonesia.

Contohnya ketika terjadi penyerangan di Masjid Al-Aqsa saat merayakan Isra Mi'raj, Senin (28/2/2022).

Saat itu pasukan keamanan Israel menyerangan jemaah Palestina.

Media-media Barat tampak terfokus pada konflik Rusia Ukraina, sehingga kurang menyoroti apa yang terjadi di Al-Aqsa.

Saat itu, 14 warga Palestina terluka termasuk seorang anak, dan empat orang dibawa ke rumah sakit akibat tindakan keras pasukan Israel.

Baca juga: Pasukan Rusia Kepung Kota Pelabuhan Mariupol Ukraina, Putus Aliran Listrik, Air, dan Pasokan Makanan

Video yang dibagikan oleh warga Palestina di media sosial menunjukkan pasukan Israel melemparkan gas air mata dan granat kejut ke kerumunan jemaah walau terdapat banyak anak dan bayi, lalu memicu kepanikan.

Pada hari yang sama, invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari keempat dengan ibu kota Kiev yang dikepung dan ratusan ribu pengungsi melarikan diri dari zona konflik.

"Perang di Ukraina jadi sorotan dunia dan perbuatan Rusia disebut kejahatan terhadap kemanusiaan, sedangkan kejahatan Israel terhadap kemanusiaan sudah berlangsung bertahun-tahun enggak ada yang ributin," tulis Siti Mirahjani Sukrisno di kolom komentar Facebook Kompas.com tentang berita serangan di Al-Aqsa.

"Media Barat sukses mengelabui dunia. Yang benar jadi salah dan sebaliknya," komentar Dyah Pitaloka.

"Muak lihat mereka tutup mata pada Israel dan berbicara lantang tentang kesengsaraan pada Ukraina," menurut Desi Susanti.

Baca juga: Telepon Putin, Presiden Perancis Sebut yang Terburuk akan Datang: Ia Ingin Menguasai Seluruh Ukraina

Apakah Media Barat Beda "Perlakuan"?

Ketua Pusat Studi Media, Literasi, dan Kebudayaan (Puska Melek) Abdul Wahid mengatakan, ada kebiasan dalam liputan media Barat antara perang Ukraina dan perang-perang sebelumnya di Timur Tengah.

"Kecenderungan ini sudah lama dilakukan, tidak hanya sekarang, tapi juga dari Perang Dingin, Kosovo, Irak, hingga Suriah, (dan) tentu Palestina," terangnya kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2022).

Lebih lanjut, pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang tersebut menerangkan, saat melihat perang di Ukraina beberapa media Barat mengambil sudut pandang kemanusiaan, tetapi saat meliput di Timur Tengah korban diposisikan sebagai teroris, radikal, dan mengancam demokrasi.

Petugas pemadam kebakaran bekerja di sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak di Koshytsa Street, pinggiran ibukota Ukraina Kyiv, di mana sebuah peluru militer diduga ditembakkan, pada 25 Februari 2022. - Pasukan Rusia yang menyerang menekan jauh ke Ukraina saat pertempuran mematikan mencapai pinggiran Kyiv, dengan Ledakan terdengar di ibu kota pada Jumat pagi yang digambarkan oleh pemerintah yang terkepung sebagai
Petugas pemadam kebakaran bekerja di sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak di Koshytsa Street, pinggiran ibukota Ukraina Kyiv, di mana sebuah peluru militer diduga ditembakkan, pada 25 Februari 2022. - Pasukan Rusia yang menyerang menekan jauh ke Ukraina saat pertempuran mematikan mencapai pinggiran Kyiv, dengan Ledakan terdengar di ibu kota pada Jumat pagi yang digambarkan oleh pemerintah yang terkepung sebagai "serangan roket yang mengerikan". Ledakan di Kyiv memicu hari kedua kekerasan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menentang peringatan Barat untuk melancarkan invasi darat skala penuh dan serangan udara yang dengan cepat merenggut puluhan nyawa dan menelantarkan sedikitnya 100.000 orang. (Photo by GENYA SAVILOV / AFP) (AFP/GENYA SAVILOV)

Misalnya, penyebutan warga Ukraina sebagai hero (pahlawan) yang mempertahankan tanah kelahiran saat membuat bom Molotov, tetapi anak kecil yang melemparkan batu pada tank bisa dijadikan alasan membuldoser perumahan di Tepi Barat.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved