ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Rusia Vs Ukraina

Konflik Rusia vs Ukraina Bertanggungjawab atas Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi Asia-Pasifik

Bank Dunia mengantisipasi bahwa China, ekonomi terbesar di kawasan itu, akan berkembang pada kecepatan tahunan 5 persen.

Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
uangteman.com
Ilustrasi Uang 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Bank Dunia mencatat adanya gangguan pasokan komoditas, masalah keuangan, dan harga barang yang lebih tinggi menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik berjalan lebih lambat dalam beberapa bulan mendatang.

Masalah-masalah ini terjadi akibat dampak dari konflik antara Rusia dan Ukraina.

Selain memperlambat pertumbuhan eknomi, laporan tersebut memperkirakan kemiskinan akan meningkat di kawasan Asia-Pasifik tahun ini.

Pertumbuhan untuk kawasan ini diperkirakan sebesar 5 persen, turun dari perkiraan awal sebesar 5,4 persen.

Skenario "kasus rendah" memperkirakan pertumbuhan turun menjadi 4 persen.

Kawasan ini mengalami rebound ke pertumbuhan sebesar 7,2 persen pada tahun 2021 setelah ekonomi sejumlah negara mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Demo Pecah di Seluruh Negeri karena Krisis Ekonomi, Semua Menteri Sri Lanka Mengundurkan Diri

Bank Dunia mengantisipasi bahwa China, ekonomi terbesar di kawasan itu, akan berkembang pada kecepatan tahunan 5 persen, jauh lebih lambat dari pertumbuhan 8,1 persen pada tahun 2021.

Adapun invasi Rusia ke Ukraina telah membuat harga minyak, gas dan komoditas lainnya naik, hingga membebani biaya rumah tangga, bisnis dan pemerintah yang telah mengajukan utang yang luar biasa tinggi karena pandemi.

Lembaga pemberi pinjaman pembangunan mendesak pemerintah untuk mencabut pembatasan perdagangan dan jasa.

Dengan begitu akan ada lebih banyak peluang keuntungan untuk perdagangan dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil.

"Berturut-turut guncangan berarti bahwa penderitaan ekonomi yang meningkat dari rakyat harus menghadapi kapasitas keuangan yang menyusut dari pemerintah mereka,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo seperti dikutip AP News.

Baca juga: Aktivitas Ekonomi di Jayapura Menurun, Jalan Raya Mendadak Sepi, Warga : Akibat Demo DOB

"Kombinasi reformasi fiskal, keuangan, dan perdagangan dapat mengurangi risiko, menghidupkan kembali pertumbuhan, dan mengurangi kemiskinan," lanjutnya.

Laporan tersebut menunjuk pada tiga potensi guncangan utama untuk Asia-Pasifik, di antaranya yakni perang, perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain, dan perlambatan di China.

Sementara kenaikan suku bunga masuk akal untuk mendinginkan ekonomi AS dan menahan inflasi, dan sebagian besar negara Asia yang tertinggal dalam pemulihannya dari pandemi.

Negara-negara seperti Malaysia mungkin mengalami arus keluar mata uang dan dampak keuangan lainnya dari kebijakan yang berubah itu, katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved