Nasional
SBY Disebut Bapak Perdamaian, Demokrat Ungkit Konflik Poso, Aceh, hingga Papua
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat julukan Bapak Perdamaian Kemensetneg berdasarkan versi Museum Kepresidenan Balai Kirti.
Namun, SBY dinilai dapat menjadi contoh kepala negara penegak demokrasi di mana masa jabatan presiden maksimal hanya dua periode.
"Jika mencermati kondisi kehidupan politik kekinian, apalagi ada upaya terstruktur, sistematis, dan masif dari elemen kekuasaan untuk melanggengkan kekuasaan serta kehidupan demokrasi yang terus mengalami kemunduran, maka predikat yang paling tepat mencermati potret dan capaian pemerintahan SBY selama dua periode adalah sebagai Bapak Demokrasi," tutur Kamhar.
Dengan demikian, Demokrat mengeklaim SBY adalah pribadi yang taat asas, pro reformasi dan demokrasi, serta senantiasa menjunjung tinggi konstitusi.
Sebelumnya diberitakan, Kemensetneg mempublikasikan julukan bagi para presiden RI yang telah purnatugas di akun Instagram resmi @kemensetneg.ri.
Baca juga: SBY Tekuni Hobi Melukis Selama PPKM
Dalam unggahan pada akhir pekan lalu itu diungkap julukan yang diberikan kepada enam presiden, yakni sejak Soekarno hingga SBY.
Kemensetneg mengungkapkan, publikasi ini berdasarkan versi Museum Kepresidenan Balai Kirti dengan maksud agar masyarakat mengenal julukan untuk masing-masing para presiden dan latar belakang pemberian julukan itu.
Kemensetneg juga menekankan bahwa presiden yang disebutkan julukannya adalah mereka yang sudah selesai menjalankan masa jabatannya.
Rinciannya yakni, Presiden pertama RI Soekarno sebagai Bapak Proklamator, Presiden ke-2 RI Soeharto Bapak Pembangunan, dan Presiden ke-3 RI BJ Habibie sebagai Bapak Teknologi.
Lalu, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid sebagai Bapak Pluralisme, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri sebagai Ibu Penegak Konstitusi dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono Bapak Perdamaian. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apresiasi SBY Dijuluki Bapak Perdamaian, Demokrat Ungkit Penyelesaian Konflik Poso, Aceh, hingga Papua",