Sosok
Komarudin Watubun, Sosok Politisi Papua yang Menjadi Perisai Partai Wong Cilik
Sebelum bertarung ke Jakarta, Bung Komar menilai ibu kota perlu sosok yang sederhana dan dari kalangan sederhana. Terpenting: mampu melayani rakyat.
Firasat politisi PDIP asal Indonesia Timur ini menjadi nyata.
Simbol pemimpin rakyat yang sebelumnya didukung Bung Komar untuk menjadi gubernur DKI, kemudian melaju ke kursi Presiden.
PDIP yang punya jargon partai wong cilik, konsisten mendukung Jokowi bahkan hingga kini ketika Jokowi maju kembali untuk menjadi capres pada pemilu 2019.
Lagi-lagi publik akan ingat peran Bung Komar di balik popularitas dan dukungan politik pada Jokowi itu.
Bagaimana pun, posisi Bung Komar selaku Ketua Bidang Kehormatan PDIP tentulah sangat berpengaruh terhadap tiap putusan politik yang diambil partai besar berlambang banteng moncong putih itu.
Bahkan, sebagian pengamat tak segan-segan menyebutnya “Orang Kedua” terkuat di PDIP setelah Megawati Soekarno Putri.
Tokoh asal Papua ini diketahui merupakan satu-satunya figur di PDIP yang berani mengkritik Megawati.
Dalam pidato pengangkatan pengurus pada 2015, misalnya, Megawati sendiri pernah bercanda kalau ia baru saja ‘dimarahi’ oleh anak Papua.
"Anak itu, punya dedikasi politik yang bagus kepada partai, disiplin tapi spontan, punya ideologi yang kukuh, dan yang terpenting sangat rendah hati," kata Megawati, memuji sosok Bung Komar.
Banyak pengamatan dan kalangan melihat kejelian Megawati menempatkan posisi Si Bung sebagai Ketua Bapilu dan Bidang Kehormatan PDIP.
Baca juga: Kisah Brigjen TNI Iwan Setiawan, Diperintah Prabowo Taklukkan Puncak Everest: Saya Hampir Mati
Bung Komar bukan hanya ‘keras’ ke luar, tetapi lantang mengkritik internal partai bila menurutnya melenceng dari ideologi Pancasila yang berbineka, atau kebijakan yang tak memihak rakyat kecil.
Pada 2014 lalu, misalnya, santer di media massa, ia mengingatkan partainya agar tak dihancurkan oleh pandangan subyektif orang-orang dekat Megawati sendiri yang menyulitkan posisi Ketum PDIP itu dalam menentukan skenario pemenangan Pemilu.
Terhadap kader PDIP yang menjadi anggota legislatif, Bung Komar juga tak lelah-lelah mengingatkan agar punya komitmen dan moral yang kuat.
“Perjuangan tak ada batasnya untuk kepentingan rakyat. Jangan masuk PDIP kalau hanya sekadar menjadi anggota DPR (dewan) dan jika tak terpilih, pindah ke partai lain,” tegasnya.
Tentu bukan semata sikap tegas dan kerasnya itu yang layak diapresiasi.