ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

Masih Ingat Kasus Penyerangan Bripda Diego Rumaropen, Theo: Tindakan Itu Janggal

Aktivis HAM Papua Theo Hesegem menilai penyerangan Bripda Diego Rumaropen oleh orang tak dikenal (OTK) hingga tewas dinilai janggal

Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Maickel Karundeng
Tribun-Papua.com/Istimewa
Potret Bripda Almarhum Anumerta Diego Rumaropen yang diserang oleh OTK hingga tewas dan merampas dua pucuk senjata dari tangan 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Aktivis HAM Papua Theo Hesegem menilai penyerangan Bripda Diego Rumaropen oleh orang tak dikenal (OTK) hingga tewas dinilai janggal

Bripda Diego adalah salah satu anggota Brimob Yon D Wamena. Kalau itu OTK yang melakukan penyerangan, merampas dua pucuk senjata api di Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya.

Baca juga: Bawa Nama Lembaga Jual Besi Tua Sisa Tambang Freeport, Lemasko Angkat Bicara

"Kejadian ini sama sekali tidak masuk diakal dan sama sekali tidak bisa dimengerti, karena ada beberapa kejanggalan setelah saya baca dari kronologi yang dimaksud,"kata Theo melalui rilis pers yang diterima Tribun-Papua.com, Kamis (23/6/2022).

"Ada beberapa hal yang menjadi janggal dan sebagai pembela Ham saya tidak mengerti dengan peristiwa ini,"ujarnya.

Baca juga: Mahasiswa Mimika: DOB Hanya Gula-Gula Manis Jakarta untuk Papua, Tidak Bermanfaat

Menurut dia, biasanya anggota TNI/Polri sudah memperhitungkan bahwa tidak mengluarkan atau menembak dengan sembarangan

Lanjut dia, lantaran peluru hanya diperhitungkan untuk menembak orang yang dianggap musuh atau lawan itulah perinsip anggota TNI/Polri.

"Peluru tidak pernah diperhitungkan untuk menembak sapi atau binatang lain,"katanya.

Baca juga: Pasca Pandemi Covid-19, Bamus 7 Wilayah Adat Papua Siap Salurkan 5.000 Paket Sembako

"Saya tidak mengerti seorang komandan Brimob yang tidak memperhitungkan dan menganalisa resikonya dengan bijaksana tetapi merespon dengan cepat untuk datang di lokasi untuk menembak sapi,"ujarnya.

Theo menjelaskan, kejanggalan Komandan Brimob AKP Rustam yang dimaksudkan yakni tak memikirkan dan menganalisa bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan konflik.

Baca juga: Setelah Deklarasi DOB Papua Tengah, Bupati Eltinus Omaleng Dikecam dan Dibantah

"Justru cepat merespon ketika saudara Alex Matuan untuk membantunya menembak sapi milik Alex Matuan di daerah Napua Kabupaten Jayawijaya,"katanya.

Ia mengatakan, sangat ketahui betul bahwa berdasarkan data intelijen daerah Habema adalah daerah rawan konflik.

Baca juga: Ini Kata Pakar Antropologi Uncen soal DOB 7 Wilayah Adat, Christine: Potensi Timbulkan Perpecahan

Lanjut dia,sebagai komandan Brimob, ia yakin telah mengetahui daerah tersebut adalah daerah rawan, sedangkan ia hendak ke daerah dan tidak mengajak anggota Birimob lain.

"Sampai sejauh mana hubungan antara Saudara Alex Matuan dan seorang Komandan Brimob, apakah ada hubungan saudara, teman atau hanya sebatas minta tolong untuk menembak sapi,"ujarnya.

Menurut Theo, setelah sapinya ditembak, komandan Brimob meninggalkan anggota Bripda Diego dengan dua pucuk senjata api.

Baca juga: Setelah Deklarasi DOB Papua Tengah, Bupati Eltinus Omaleng Dikecam dan Dibantah

"Mengapa Komandan Brimob melepaskan senjata mengecek sapi tanpa membawah senjata,"katanya.

"Apakah ada perjanjian dengan orang lain untuk menghilangkan nyawa saudara Rumaropen atau merampas senjatanya di tangan korban, lalu di bawah kabur sejatanya,"ujarnya.

Theo menegaskan, seharusnya sebagai komandan Brimob harus mempelajari situasi belakangan ini di Kabupaten Jayawijaya.

Baca juga: Keren, Wakili Papua, Maria Fransisca Jadi Runner UP II Duta Entrepreneur Hipmi 2022

"Kita ketahui ada beberapa pristiwa, demo berturut-turut namun berjalan dengan aman tanpa ada masalah, dan beberapa waktu kemudian terjadi pengibaran Bendera Bintang Kejora di beberapa tempat di kota Wamena,"ujarnya.

Dia mengatakan, setelah pengibaran bendera tersebut asi demo pada 10 Mei 2022, terjadi mematakan tukang bendera di halaman Kantor DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Baca juga: Kronologi Perseteruan Nikita Mirzani dengan Dito Mahendra hingga Ditetapkan Jadi Tersangka

"Semua peristiwa ini perlu diamati secara cerdas oleh komandan sebagai seorang pimpimpinan. Justru komandan mengorbankan anak buahnya hingga sampai nyawanya korban begitu saja,"katanya.

Bripda Diego saat memegang dua pucuk senjata, namun tidak ada balasan.

Baca juga: KKB Papua Disebut Bergerak ke Area Freeport, Aparat Gabungan Disiapkan: Tumpas Separatis?

"Logikanya mungkin dengan panah di lempar dari jarak jauh, kalau dibacok dengan parang atau pisau mestinya harus ada perlawanan karena jarak dekat,"ujarnya.

Dari semua kejanggalan ini kiranya kejadian ini dapat dijelaskan oleh Komandan Brimob AKP Rustam.

Theo meminta kepada Kapolri dan Polda Papua, mengambil langkah-langkah hukum tanpa mengorbankan masyarakat yang sama sekali tak tau masalah.

Baca juga: Ada Info KKB Bergerak ke Freeport, Kapolda Papua Akui Sudah Siapkan Langkah-langkah Antisipasi

"Karena semua ini adalah kelalaian komandan Brimob tidak bijaksana dapat menganalisa situasi diakhir-akhir ini di Kabupaten Jayawijaya,"katanya.

Sebelumnya dikabarkan, seorang anggota Brimob meninggal dunia usai dan dianiaya orang tidak dikenal (OTK) di Napua, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu (18/6/2022).

Baca juga: Menantu Soeharto Masuk Radar PKS, Disebut Berintegritas: Punya Kekuatan Lengserkan Jokowi?

Senjata milik anggota Brimob itu pun dirampas OTK tersebut. Perampasan senjata api dan penganiayaan terhadap Bripda Diego Rumaropen terjadi sekitar pukul 17.00 WIT.

Menurut laporan yang diterima Kapolda, senjata api yang dirampas oleh OTK sebanyak dua buah.Terdiri dari, senjata api bahu jenis AK101 dan senjata api bahu jenis SSG08 (sniper).(*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved