ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pilpres 2024

Dua Parpol Saling Sindir Pasca-anak Polisi Berpotensi Lengserkan Jokowi; Ini Sosoknya!

Perseteruan PDI-P dengan Partai NasDem berlanjut pasca-Rakernas NasDem mengambil bakal calon presiden (Capres) dari kader partai Ganjar Pranowo.

Editor: Roy Ratumakin
KOMPAS.com/pemprov jateng
Perseteruan Partai Denmokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan partai NasDem berlanjut pasca-Rakernas NasDem belum lama ini yang mengambil bakal calon presiden (Capres) dari kader partai berlambang banteng moncong putih tersebut. 

TRIBUN-PAPUA.COM – Perseteruan Partai Denmokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan Partai NasDem berlanjut pasca-Rakernas NasDem belum lama ini yang mengambil bakal calon presiden (Capres) dari kader partai berlambang banteng moncong putih tersebut.

Diketahui, NasDem merupakan salah satu partai yang sudah mengumumkan tiga nama bakal calon presiden.

Berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) NasDem, ketiga nama itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDIP Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Baca juga: Perseteruan Banteng dan NasDem Makin Panas: Sosok Ini Jadi Rebutan Lengserkan Jokowi!

PDI-P sebagai pemilik dari Ganjar pun bereaksi.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung ada partai lain yang elektabilitasnya turun, tapi justru malah memunculkan kader partai lain sebagai capres.

Meski begitu, Hasto tak merinci partai mana yang dimaksud.

 

 

“Karena itulah, kita lebih memilih bergerak ke bawah daripada berwacana. Kita tidak perlu ikut menanggapi apa yang dilakukan pihak lain. Ada satu partai yang elektoralnya turun, kemudian mencoba memunculkan kader partai lain, bahkan mencalonkan sosok yang seharusnya netral dalam politik. Hal-hal seperti ini biarkan rakyat yang menjadi hakim politik,” tegas Hasto.

Hasto juga meminta pengurus dan kader partai se-Indonesia belajar dari semangat perjuangan Proklamator RI Bung Karno dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Hasto menjelaskan, PDIP dulu kerap partai yang selalu dikerdilkan, partai yang hanya dijadikan asesoris demokrasi. Tapi Megawati belajar dari Bung Karno, bahwa semuanya harus berangkat dari sebuah ide.

“Ide gagasan ini akan menciptakan suatu spirit juang. Spirit juang ini akan menciptakan tekad dan tindakan. Menciptakan tindakan nasional. Ini yang kita pelajari dari Bung Karno dan Bu Mega,” kata Hasto.

Baca juga: Geser Jokowi, Kader Terbaik PDIP Ini Digaet Rakyat Maju Pilpres: Pendukung Militan Ganjar Teriak

“Bu Mega juga berangkat dari ide. Jadi ini ide yang sepertinya tak mungkin dijalankan saat itu. Tetapi dengan bergerilya melantik korcam-korcam, Ibu Mega bagaikan mendirikan tower-tower telkom yang memancarkan signal dan terjadi koneksitas antara pemimpin dan rakyat. Dimana tower-tower itu adalah pengurus cabang PAC sebagai koordinator kecamatan,” sambung Hasto.

Menanggapi pernyataan dari PDI-P, Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya pun buka suara soal pernyataan tersebut.

Menurut Willy, fenomena saling sindir di dunia politik memang wajar. Namun tidak sepatutnya dilakukan, karena menurut dia, lebih baik antar parpol harus saling menjajaki.

Terlebih belakangan ini, banyak parpol yang mulai masif melakukan komunikasi dengan parpol lainnya.

"Kalo disindir-sindir sudah biasa. Tidak masalah juga. Toh, itu hak mereka. Tapi daripada nyindir ya mending saling menjajaki, siapa tahu cocok. Bisa saja kan?" kata Willy saat dimintai tanggapannya oleh Tribunnews.com, Senin (18/7/2022).

Baca juga: Geser Ganjar Pranowo, Anak Bawang PDIP Bakal Jadi Gubernur Jawa Tengah, Ini Sosoknya

Willy menyatakan, ketiga nama itu muncul berdasarkan aspirasi atau saran dari pada pengurus atau kader DPW NasDem di 34 Provinsi.

"Lagi pula bacapres dari NasDem itu aspirasi dari bawah. Para calon yg dinilai punya potensi," ucap dia.

Dengan begitu kata Willy, keseluruhan bacapres itu merupakan pilihan alternatif dari NasDem untuk mengusung Capres.

Tak hanya itu, bacapres yang disebutkan dalam Rakernas itu juga merupakan 'modal' bagi NasDem untuk melakukan penjajakan dengan partai politik lain.

"Kalau tidak cocok dengan calon A, silakan pilih calon B. Kalau tidak cocok dengan keduanya, bisa pilih C. Ibarat kata, NasDem ini hanya memberikan rambu-rambu atau alternatif pilihan," tukas Willy. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul - Willy Aditya: Fenomena Saling Sindir Di Dunia Politik Memang Wajar Namun Tidak Sepatutnya Dilakukan

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved