ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pilpres 2024

Sesumbar Jadi Capres, Sosok Ini Dinilai Tak Punya Nilai Jual!

Muhaimin bilang, Pilpres 2024 merupakan tantangan bagi dirinya untuk maju sebagai capres, tetapi ia tidak mau tergesa-gesa dalam mengambil langkah.

Editor: Roy Ratumakin
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin jabat tangan Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto usai resmi menjalin kerja sama, Sabtu (18/6/2022). 

TRIBUN-PAPUA.COM – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin telah terang-terangan menyatakan ambisinya untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024.

Pernyataan ini sudah dia umumkan jauh-jauh hari sebelum pemilu dimulai. Kala itu, Oktober 2021, Muhaimin bilang, Pilpres 2024 merupakan tantangan bagi dirinya untuk maju sebagai capres, tetapi ia tidak mau tergesa-gesa dalam mengambil langkah.

"Ya saya rasa itu sebagai tantangan, saya siap. Tapi harus bersabar dulu karena Pilpres masih lama. Kita tunggu perkembangan nanti seperti apa terkait peta politiknya," kata Muhaimin di sela kegiatan silaturahmi dengan para tokoh ulama di wilayah Brebes-Tegal, Jawa Tengah, Minggu (17/10/2021), dikutip dari siaran pers.

Baca juga: Cak Imin Dilengserkan, Perempuan Hebat Ini Dilirik Prabowo jadi Wakilnya di Pilpres 2024

Muhaimin mengeklaim, kader PKB di semua daerah mengharapkan dan mendukung dirinya maju sebagai capres pada 2024.

Untuk itu, PKB akan menggalang kekuatan dengan partai politik lain karena PKB tidak bisa mengusung capres sendiri.

 

 

"Hingga saat ini, kepengurusan PKB di daerah-daerah masih solid. Dan jika nantinya maju maka untuk mencari figur capres, PKB akan berkoordinasi dengan parpol lainnya untuk berkoalisi," kata dia.

Ambisi Muhaimin ini juga diumbar di Pilpres 2019. Namun, berbeda dari sekarang, saat itu Muhaimin percaya diri untuk menjadi calon wakil presiden.

Baliho-baliho di sudut-sudut jalan banyak kota saat itu memajang wajahnya besar-besar lengkap dengan tulisan "Cak Imin Cawapres 2019".

Dengan gaya nyelenehnya, Imin berkali-kali menyatakan harapannya bakal dipilih sebagai cawapres Jokowi.

Bahkan, dia pernah bilang, Jokowi akan kalah di Pilpres 2019 jika tidak menggandeng dirinya sebagai cawapres.

"Saya cuma bisa mengingatkan, kalau bukan saya (cawapresnya) dikhawatirkan (Jokowi) bisa kalah," kata Cak Imin, 5 Mei 2018.

Baca juga: Prabowo Subianto Geser Cak Imin, Gaet Kepala Negara di Pilpres 2024, Sayangnya Ditentang Regulasi

Namun, pada akhirnya Muhaimin tak menjadi cawapres siapa pun. Di Pilpres 2019, Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin, sedangkan Prabowo Subianto bersama Sandiaga Uno.

Sementara Muhaimin, harus rela mengubur impiannya tak jadi cawapres di Pilpres 2019.

 

Tak Punya Nilai Jual

Meski gembar-gembor hendak nyapres, Muhaimin dinilai tak punya nilai jual untuk diusung sebagai kandidat calon presiden.

Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai, Cak Imin tak menarik untuk didukung sebagai capres oleh partai politik lain.

“Perjuangan Cak Imin untuk menjadi kandidat capres potensial sangat berat karena pasar politik tanah air tidak melihat nilai jual politik yang tinggi darinya,” ujar Ari pada Kompas.com, Senin (13/6/2022).

“Sehingga wajar jika partai politik selain PKB tidak menjadikan Cak Imin sebagai sosok yang seksi di pentas politik nasional,” tutur dia.

Ari mengatakan, rendahnya elektabilitas Cak Imin menjadi salah satu faktor parpol ogah mengusungnya sebagai capres.

 

 

Menurut jajak pendapat lembaga survei Poltracking Indonesia yang dirilis Kamis (9/6/2022), elektabilitas Muhaimin hanya 0,6 persen.

Ini menempatkannya pada peringkat 12 dengan simulasi 18 nama figur capres.

“Papan atas (elektabilitas) capres dan calon wakil presiden (cawapres) dari hasil survei berbagai lembaga hampir semua menempatkan Cak Imin di luar 5 besar dari nama-nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Sandiaga Uno dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono),” ungkapnya.

Faktor lainnya, menurut Ari, Imin belum pernah menjabat sebagai kepala daerah. Dia berpendapat, masyarakat kerap menjatuhkan pilihan pada figur yang punya rekam jejak sebagai kepala daerah karena dinilai bisa dirunut jejak kepemimpinannya.

“Cak Imin memang politisi yang teruji karena langganan Senayan, tetapi dia belum pernah menjabat sebagai bupati dan gubernur,” katanya.

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro juga menyampaikan hal senada.

Menurut dia, dilibatkannya nama Sri Mulyani hingga Anies Baswedan oleh Cak Imin dan PKB semata untuk menghidupkan nama Muhaimin di kalangan partai-partai lain.

Padahal, Imin sadar betul bahwa elektabilitasnya belum masuk dalam perbincangan utama nama-nama bakal calon presiden.

"Jadi lontaran Cak Imin tersebut bagian dari usaha PKB untuk membuat nama Cak Imin tetap muncul dalam setiap perbincangan mengenai pemilihan presiden 2024 di antara nama-nama bakal calon lain," kata Bawono kepada Kompas.com, Senin (13/6/2022).

Menurut Bawono, sulit bagi partai lain untuk mempertimbangkan nama Muhaimin sebagai capres. Sebab, elektabilitasnya tak kunjung beranjak dari kisaran 1 persen berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga.

"Namun, untuk posisi cawapres nama Cak Imin masih bisa dipertimbangkan. Apalagi merupakan ketua umum dari salah satu partai politik dengan basis massa kuat," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul - Beban Berat Muhaimin Menuju Pilpres 2024: Modal Ambisi, Elektabilitas Tak Sampai Satu Persen

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved