Pemprov Papua
Tarif Angkut Kontainer di Papua Berpotensi Naik, Pedagang Diimbau Tak Asal Naikkan Harga Bapok
Melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri mempengaruhi biaya mobilisasi bahan pokok dan segala kebutuhan masyarakat di Papua.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri mempengaruhi biaya mobilisasi bahan pokok dan segala kebutuhan masyarakat di Papua.
Akibatnya, tren kenaikan tarif angkut kontainer di Papua akan pasti terjadi.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Papua, Laduani Ladamay.
Tarif angkut kontainer juga akan berpengaruh terhadap harga jual bahan pokok (Bapok) yang dipasok dari luar Papua.
Baca juga: BBM Naik, Pedagang Diimbau Tak Asal Naikan Harga Bapok
Laduani Ladamay memperkirakan kenaikan tarif angkut kontainer akan terjadi dalam waktu dekat.
“Meski begitu, dari pengataman kami untuk saat ini belum ada kenaikan harga bahan pokok secara signifikan.”
“Sehingga kita mengimbau pedagang tidak asal menaikan harga semaunya melampaui harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” terang dia Laduani di Jayapura, Jumat.
Meski demikian, Laduani menyebut harga telur terlihat sedikit mengalami kenaikan harga Bapok setelah naiknya BBM.
Sementara harga bahan pokok lainnya masih stabil sebagaimana hasil pantauan yang dilakukan di pasar tradisional.
Baca juga: Masyarakat Papua Diminta Bijak Bermedsos, Jeri Yudianto: Cek Fakta Sebelum Bagi Informasi
“Kita sudah imbau dalam kondisi kenaikan BBM saat ini diharapkan tidak ada kenaikan barang yang lain, masalah kenaikan harga telur karena terjadi kenaikan harga pakan ternak yang begitu tinggi,” kata Ladamay.
Terkait program bantalan sosial akibat naiknya BBM, lanjut dia, Disperindag Papua sedang menyiapkan sebuah langkah pendanaan.
Adanya perubahan harga didorong dengan dana bantuan tak terduga.
“Namun kami belum koordinasikan dengan Pak Sekda sebagai Ketua Panitia anggaran. Artinya bila terjadi kenaikan harga di pasar, kami akan melakukan operasi pasar,” pungkasnya. (*)