KKB Papua
Setahun Mengungsi Akibat Serangan KKB Papua, Warga Kiwirok: Kami Ingin Pulang dan Hidup di Kampung
Warga Distrik Kiwirok di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, ingin kembali ke kampung halamannya. Pemerintah diminta memfasilitasi warga.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Warga Distrik Kiwirok di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, ingin kembali ke kampung halamannya, setelah setahun mengungsi ke Distrik Oksibil akibat gangguan Kelompok Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Sebelumnya, mereka terpaksa mengungsi lantaran mimpi buruk KKB menghantui warga.
Pada 13 September 2021, KKB di bawah kelompok Ngalum Kupel tiba-tiba menyerang Distrik Kiwirok dan menghancurkan beberapa fasilitas umum, termasuk Puskesmas di wilayah itu.
Seorang tenaga kesehatan tewas dan dua lainnya terluka akibat kekejaman KKB saat itu.
Ratusan warga Kiwirok pun ikut berbondong-bondong melarikan diri dan mengungsi ke Distrik Oksibil dengan berjalan kaki.
Mereka khawatir menjadi bulan-bulanan KKB.
Baca juga: 100 Personel Pasukan Yonif 756/WMS Diberangkatkan ke Kiwirok Papua, Ada Apa?
Distrik Kiwirok adalah kawasan terpencil di Pegunungan Bintang, Papua.
Distrik ini hanya bisa dijangkau dengan penerbangan dari Distrik Oksibil selama 30 menit.
Biasanya warga setempat membutuhkan waktu dua malam dari Oksibil menuju Kiwirok dengan berjalan kaki.
Selain karena kawasan tersebut dipenuhi perbukitan yang cukup tinggi, akses jalan juga belum dibuka.

Warga: Kami Ingin Kembali
Setahun berselang, warga Kiwirok yang berada di Oksibil berharap kembali untuk meneruskan hidup di tempat asalnya.
Salah satu warga Kiwirok yang berada di Oksibil, Niko Nawipa menyatakan, ingin segera kembali ke Kiwirok.
Menurut dia, sebagian besar masyarakat Kiwirok yang berada di Oksibil memiliki harapan yang sama.
Sebelum kejadian penyerangan KKB, Kiwirok adalah tempat yang aman dan mulai terkenal karena biji kopinya.
"Kami sangat rindu dengan kampung kami, melakukan aktivitas biasa seperti yang kami lakukan di kampung kami," ujar Niko melalui keterangan tertulis, Selasa (11/10/2022).
Niko yang merupakan Kepala SMPN Kiwirok memandang banyak warga yang sulit mendapat kehidupan layak selama berada di Oksibil.
Karena itu, ia berharap pemerintah dan aparat keamanan bisa memfasilitasi mereka kembali ke Kiwirok.
Hal senada juga disampaikan Karolus Butu.
Ia khawatir kekosongan di Kiwirok bisa membuat bangunan di wilayah tersebut rusak karena tidak ada yang merawat.
“Kami ingin kembali dan menata ulang kehidupan kami, di sana kampung halaman kami, karena kami di sini sudah cukup lama," kata dia.
Ia juga mengkhawatirkan keadaan anak-anak Kiwirok yang harus bersekolah di Oksibil dengan keadaan seadanya.
Menurut dia, saat melarikan diri, warga hanya bisa membawa barang seadanya karena takut melihat aksi KKB.
"Maka dari itu kami harap pemerintah segera membangun kembali sarana dan prasarana di Distrik Kiwirok, terutama gedung sekolah, agar kami dapat bertugas dan bersekolah kembali seperti sekolah lain di indonesia dan membangun kampung kami distrik Kiwirok," tuturnya.
Baca juga: KKB Serang Pos TNI di Kiwirok Papua hingga Tewaskan 1 TNI, Pelaku Diduga Kelompok Lamek Taplo
Kiwirok Kondusif
Situasi keamanan di Kiwirok dalam beberapa bulan terakhir dianggap kondusif karena sudah tidak ada lagi gangguan dari KKB.
Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnito menjelaskan, saat ini hanya ada aparat keamanan dari TNI-Polri di Kiwirok tanpa adanya masyarakat.
Namun, ia juga tidak bisa memastikan apakah KKB sudah keluar dari kawasan Kiwirok atau belum karena aparat memiliki keterbatasan dari sisi geografis.
"Dari laporan tidak ada bunyi tembakan (dari KKB), kita tidak bisa pastikan KKB masih ada di sana atau tidak karena mereka yang kuasai medan," kata dia.
Mengenai jumlah warga Kiwirok yang berada di Oksibil, Cahyo menyebut sekitar 273 orang.
Namun, ia meyakini ada warga yang belum atau tidak mau didata.
"Sementara yang kita data ada 273 warga Kiwirok yang ada di Oksibil, itu yang mau didata," kata dia.
Mengenai tempat tinggal, Cahyo mengungkapkan, umumnya masyarakat Kiwirok tinggal bersama tokoh masyarakat atau keluarganya masing-masing.
Aparat Siap Kembalikan Masyarakat ke Kiwirok
Terkait adanya keinginan masyarakat kembali ke Kiwirok, Cahyo menyatakan siap mendukung.
Namun, hal itu belum dilakukan karena keputusan akhir ada di tangan Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang.
Untuk memastikan KKB tak lagi menyerang masyarakat di Kiwirok, perlu komunikasi aktif antara pemerintah kabupaten dan KKB.
"Kita siap saja mendukung keinginan masyarakat, hanya kita tunggu komunikasinya pemerintah daerah yang bisa menjamin dan mendukung keamanan."
"Alangkah baiknya ada dialog pemerintah daerah dengan orang-orang yang berseberangan (KKB), dalam artinya jangan masyarakat yang jadi korban, jangan sampai ketika masyarakat kembali lali KKB berulah lagi," tutur Cahyo.
Untuk memulangkan warga Kiwirok, cara termudah dengan pesawat terbang perintis yang memerlukan biaya tinggi dan risiko paling rendah.
Lalu, ada pilihan berjalan kaki dengan pengawalan aparat keamanan.
Namun, jarak tempuh yang jauh membuat pilihan tersebut cukup berisiko.
"Untuk memobilisasi masyarakat bila akan kembali ke Kiwirok, kita menunggu, kalau pemerintah daerah menyediakan maka menggunakan penerbangan."
Baca juga: Lamek Taplo Pimpin KKB Serang Pos Polisi di Kiwirok Papua, Bharatu Bachtiar Terluka
"Kemarin ada penyampaian dari masyarakat kalau mereka mau berjalan kaki, nanti TNI-Polri kawal, itu butuh waktu 2-3 hari, tergantung beban yang dibawa," kata Cahyo.
Kompas.com sudah berusaha menghubungi Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana dan Plt Sekretaris Daerah Pegunungan Bintang Aloysius Giai melalui telepon dan pesan singkat.
Namun hingga berita ini disiarkan, belum ada jawaban dari dua pejabat daerah tersebut. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harapan Warga Kiwirok yang Setahun Tinggalkan Kampung Halaman karena Serangan KKB",