Kongres Masyarakat Adat
Dewan AMAN Sumut Apresiasi Penyambutan oleh Perempuan Adat di Tanah Tabi
Sejak penyambutan hingga pelayanan di Puspenka, Sentani dirinya hanya melihat keterlibaatan dari kaum perempuan bukan laki-laki.
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita
TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI – Ketua Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sumatera Utara, Harun Nuh menyampaikan apresiasinya kepada perempuan adat di Tanah Tabi.
Harun menjelaskan, sejak penyambutan hingga pelayanan di Puspenka, Sentani dirinya hanya melihat keterlibaatan dari kaum perempuan bukan laki-laki.
Lebih lanjut dirinya bersama rombongan tiba di Bandar Udara Sentani pada pukul 06.00 WIT dari Medan pada Jumat (22/10/2022).
Baca juga: Ini Harapan AMAN Kalsel Dalam KAMN VI di Bumi Kenambay Umbay
"Kami ada 60 peserta dan sudah dibagi ada yang ikut sarasehan mengenai Rancangan Undang-Undang Masyarakat Adat, penguatan ekonomi masyarakat adat, demokrasi masyarakat adat, namun kami tahu nantu ditempatkan dimana oleh panitia," kata Harus kepada Tribun-Papua.com, di Sentani, Distrik Sentani, Sabtu (22/10/2022).
Harun menjelaskan, isu yang bakal dibawa hampir sama seperti daerah lainnya yaitu soal perampasan hak atas tanah, hutan, dan laut.
Secara khusus di Sumatra Utara, katanya, Masyarakat Adat yang puluhan tahun tanah dulunya bekas tanam tembakau deli dipakai oleh Belanda tapi setelah nasionalisasi tanah itu diambil oleh perusahaan PT Perkebunan Nusantara.
Hal itu yang terus menerus disuarakan oleh AMAN Sumut untuk tanah adat itu agar kembalikan kepada Masyarakat Adat. Persoalan berikut, katanya, Masyarakat Adat yang berhadapan dengan persoalan pertambangan.
Baca juga: Mathius Awoitauw: Pembukaan KMAN VI, Kehadiran Presiden Jokowi Terjadwal di KSP
"Jadi hampir semuanya mereka terpinggirkan dan tersingkir, kebanyakan hanya jadi penonton ditanah sendiri akibat dikuasasi oleh perusahaan-perusahaan," ujarnya.
Di Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI ini mulai dari KMAN I, Masyarakat Adat terus membangun kekuatan.
Respon pertama datang di Papua, katanya, bersama timnya sudah sangat antusias walaupun sebelumnya merasa cemas melalui pemberitaan di media mengenai Papua.
"Saya bilang semuanya pasti dilindungi oleh pemerintah, kita merupakan pilar dari negara ini,"katanya.
"Kami juga senang disambut dengan hujan artinya bagi adat kami hujan gerimis makna di daerah yang kami kunjungi adalah daerah yang damai dan sejuk, tapi kedamaian harus menghidupkan Masyarakat Adat. Karena percuma kalau masyarakatnya tersingkir," paparnya. (*)