PT Freeport Indonesia
Kunjungi Environmental PTFI di Mile 21, WBFC Tanam Pohon dan Tanding Sepak Bola dengan Enviro FC
Kunjungan manager dan pemain bola ini sekaligus melakukan penanaman pohon dan tanding sepak bola di atas lahan bekas pengendapan tailing PTFI.
Penulis: Marselinus Labu Lela | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela
TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA – Waanal Brothers Football Club (WBFC) berkesempatan mengunjungi Divisi Environmental PT Freeport Indonesia (PTFI) di Mile 21 Kabupaten Mimika, Papua.
Kunjungan manager dan pemain bola ini sekaligus melakukan penanaman pohon dan tanding sepak bola di atas lahan bekas pengendapan tailing PTFI.
Sebanyak 20 pesepakbola muda Indonesia dipimpin langsung Manajer WBFC Ray Manurung dan Wakil Manajer WBFC Jason Manurung tiba di Kantor Pusat Laboratorium Environmental PTFI di Bandara Mozes Kilangin, Jumat (4/11/2022) selanjutnya menggunakan bis menuju Mile 21.
Baca juga: Mengenal Pohon Bintangur di Mile 21 PT Freeport Indonesia: Umur Panjang dan Bahan Bio Diesel
Tim yang juga didampingi coach Rochy Putiray dan Asisten Coach Aples Tecuary ini disambut hangat Kepala Laboratorium Environmental PTFI, Ronalda Upuya.
Secara singkat, Ronalda Upuya yang akrab disapa Ona ini menjelaskan, tugas pokok dan fungsi adanya laboratorium Environmental PTFI.
Tim WBFC kemudian bertolak menuju Mile 21 menggunakan satu unit bus yang difasilitasi Divisi Coorporate Communication (Corp.comm) PTFI.
Setelah menempuh perjalanan kurang dari 30 menit, tim tiba di mile 21 sekira pukul 14.12 WIT tim kemuadian disambut oleh GM Superintendent Divisi Enviromental PTFI, Roberth Sarwom yang didampingi Koordinator Biodiversity Environmental PTFI, Victor Sukatma.
Manajer WBFC Ray Manurung di hadapan manajemen Superintendent Divisi Environmental PTFI menyampaikan ucapan terima kasih tim WBFC telah diperkenankan dan disambut baik.
Ray menceritakan, anak-anak WBFC berawal dari Timnas Pelajar Kemenpora U15 dilatih selama tiga tahun. Saat ini di usia ke-18, mereka menghadapi kompetisi lain Liga 3 PSSI wilayah Papua.
Baca juga: Rocky Putiray, Legenda Sepak Bola Indonesia Apresiasi Program PFA PT Freeport Indonesia
Seleksi pemain WBFC di tingkat nasional dibantu oleh Satgas Antimafia Bola, sehingga perekrutannya tidak main-main dengan sistem tertentu.
WBFC juga dibentuk berdasarkan instruksi Presiden nomor 3 tahun 2019 terkait percepatan pertumbuhan sepak bola nasional yang dimulai dari usia dini.
"Anak-anak ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari Aceh, Jawa, Ternate, Bengkulu dan Sulawesi. Memang mayoritas berasal dari Papua, karena memang waktu diseleksi kita didampingi Satgas Antimafia Bola. Setelah disaring dari puluhan ribu anak Indonesia, ternyata anak-anak Papua banyak yang dipilih,” ungkap Ray.
Dia mengatakan, klub ini didampingi oleh coach Rochy Putiray yang sangat melegenda di persepakbolaan Indonesia, bahkan mendunia.
Asisten coach Aples Tecuary juga memiliki jam terbang di dunia pesepakbolaan dan berkelana hingga ke Eropa serta pernah menyandang pemain terbaik Indonesia.
Baca juga: Freeport Indonesia Kembali Raih Penghargaan Subroto 2022
"Dua coach ini benar-benar tidak pernah absen melatih anak-anak WBFC setiap hari. WBFC ini berasal dari kata Waanal yang artinya anak laki-laki dari kampung Waa Banti, Brothers itu berarti semuanya saudara, atau juga disebut Bhintuka yaitu Bhineka Tunggal Ika Football Club,” tutur Ray.
Sementara General Superintendent Reclamation and Biodiversity Environmental, Roberth Sarwom menyampaikan suatu kebanggaan bagi Freeport dapat dikunjungi tim WBFC.
Sebagai bentuk dukungannya, Roberth juga memberikan arahan kepada puluhan pemain muda WBFC.
Ia menyampaikan, untuk menjadi sukses tentunya perlu perjuangan. Sebab, tidak ada yang ekstra cepat untuk menjadi sesuatu di semua bidang termasuk dunia sepak bola.
"Selamat datang. Ini jadi satu kebanggaan bagi Freeport, karena anak-anak yang selama ini bertanding di luar bisa berkunjung kembali ke Timika. Anak-anak WBFC sangat luar biasa dan harus tetap semangat untuk meraih sukses di dunia sepak bola,” kata Roberth.
Sebelum melakukan penanaman pohon jenis Bintangur, Koordinator Biodiversity Enviromental PTFI, Victor Sukatma menjelaskan secara singkat terkait Divisi Enviromental.
Enviromental merupakan pusat penelitian reklamasi keanekaragaman hayati serta edukasi tentang lingkungan.
Atas operasi pertambangan Freeport, ada yang namanya limbah bisa diproduksi 200 ribu ton perhari.
Adanya limbah ini, kemudian muncul isu bahwa bakal mematikan kehidupan di suatu wilayah atau di sekitar wilayah pertambangan.
Namun isu tersebut kemudian tidak terbukti, karena melalui Divisi Environmental PTFI berupaya dan telah terbukti dapat mengembalikan kehidupan alam di sekitar area pembuangan limbah tersebut.
Baca juga: PT Freeport Indonesia Bangun Pusat Sains dan Kemitraan di Uncen Papua, Ini Fasilitasnya!
Enviromental PTFI telah memulai menanam pohon eejak tahun 1998 secara continue dan saat kehidupan alam tetap menjadi rindang dan hijau.
Divisi Environmental PTFI di Mile 21 ini menjadi indikator tentang lingkungan, mulai dari tanaman kehutanan, perkebunan dan pertanian. Hewan air yang hidup juga menjadi indikator bahwa kualitas air limbah masih tetap aman.
"Kita tahu Freeport melakukan pertambangan Emas, Perak dan Tembaga. Jadi setelah tiga mineral itu diambil, maka limbah berbentuk pasir sisa tambangnya dibuang melalui sungai dan sudah dikhususkan oleh pemerintah.
Sampai saat ini di atas tanah limbah ini masih bisa ditumbuhi pepohonan, tanaman pertanian serta hewan-hewan air dan yang lainnya,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan, puluhan pesepakbola muda mengharumkan nama Kabupaten Mimika ini nampak antusias dan senang bertandang di area kerja Enviromental tersebut.
Satu di antara mereka adalah Sahrul Awadi, remaja 18 tahun dan merupakan alumni SMA Negeri IV Bandung angkatan tahun 2022 itu mengaku kagum melihat alam sejuk dan pepohonan yang rindang di atas tumpukan limbah operasional Freeport tersebut.
Baca juga: Richard Sebut Nilai Manfaat Langsung dari Freeport Sejak 1992 sampai 2021 Capai 23,1 Miliar US Dolar
Menurut dia, adanya divisi Enviromental tentunya sangat bermanfaat positif dalam mengelola alam, sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga.
"Saya baru pertama datang ke Papua, khususnya di Mimika. Sangat senang bisa berkunjung ke area Freeport. Ternyata sangat luar biasa. Divisi yang sangat penting karena berkaitan dengan kehidupan alam di sekitar area operasional PTFI,” katanya.
Anak keempat dari empat bersaudara pasangan Elyuzar dan Suarni ini juga menyampaikan, dirinya pertama bergabung bersama tim WBFC sejak tahun 2019.
"Dulu saya cuma dengar cerita saja tentang Papua, tapi sekarang bisa injakan kaki di atas Tanah Papua ini sangat luar biasa berkat bergabung bersama WBFC,” ungkap anak kelahiran Kabupaten Takengon, Provinsi Aceh ini.
Kehadiran WBFC di area Mile 21 tidak hanya menanam pohon namun mereka juga bertanding dengan Enviro FC dengan scor akhir 7-1.
Dikatakan Robert Sarwom, pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum) adalah tanaman kehutanan dengan umur panjang dan produksi pada usia 5 tahun.
Pohon yang ditananam di dataran rendah termasuk Mile 21 dan pesisir area PT Freeport Indonesia ini sebagai upaya reklamasi Departemen Enviromental, PT Freeport Indonesia yang bergerak bidang di pertambangan.
"Tanaman ini di kalangan pertambangan dan buahnya nanti bisa digunakan untuk bio biesel (bahan bakar) kendaraan," ungkap General Superintendent Reclamation and Biodiversity Environmental Robert Sarwom kepada Tribun-Papua.com.
Ia mengatakan, buah tanaman Bintangur ini terus dikembangman dan akan digunakan untuk pemanfaatan bio diesel kendaraan. Sehinga kalau ada kunjungan tamu di Mile 21 pihaknya selalu mengajak untuk menanam pohon.
"Fungsinya hampir sama dengan pohon jarak karena cocok ditanam di area taling seputar hujan tropis," katanya. (*)