Hilirisasi PT Freeport Indonesia Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
PT Freeport Indonesia (PTFI) akan memacu hilirisasi tambang lewat Smelter Manyar di Gresik demi mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
TRIBUN-PAPUA.COM - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas mengatakan bahwa banyak pihak mulai beralih ke moda transportasi tenaga listrik rendah emisi untuk mewujudkan energi bersih.
Hal itu membuat permintaan tembaga dunia pun akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Terlebih, 65 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.
Baca juga: PTFI Mandirikan 9 Peserta Program Pembinaan UMKM Bisa Bersaing dengan Pelaku Usaha dari Luar
Pernyataan tersebut disampaikan Tony Wenas dalam kunjungan para pemimpin redaksi media ke lokasi Smelter Manyar yang tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik (13/1/2023).
“Ke depan konsumsi tembaga untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan akan meningkat pesat. 65 persen tembaga di dunia digunakan pada aplikasi penghantar listrik. Kendaraan listrik menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional dan teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 4 sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil,” ujar Tony.
Keberadaan smelter tembaga dengan design single line terbesar di dunia yang tengah dibangun PTFI ini, akan menjadi salah satu bagian dari ekosistem kendaraan listrik.
Selaras dengan komitmen perusahaan untuk mendukung agenda percepatan pengembangan industri hilir dan transformasi ekonomi nasional, PTFI akan terus memastikan kesinambungan pembangunan Smelter Manyar.
Baca juga: Pemkab Jayapura dan PT Freeport Indonesia Tanam Pohon Jadikan Hutan Sabana Lahan Produktif
“Komitmen ini juga diperkuat dengan agenda pemerintah untuk menciptakan ekosistem electric vehicle (EV) yang terintegrasi dan membutuhkan lebih banyak tembaga dari dalam negeri,” jelas Tony.
Smelter Manyar telah mencapai progres konstruksi 51,7 persen pada akhir Desember 2022, dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan sebesar US$ 1,63 miliar atau setara 25 triliun rupiah dari nilai total investasi sebesar US$ 3 miliar atau sekitar 42 triliun rupiah.
Capaian ini sesuai dengan kurva-S dari rencana kerja proyek yang telah disetujui Pemerintah.
“Walaupun aktivitas ini sempat terhalang oleh pandemi, saat ini kami telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan. Konstruksi fisik akan seluruhnya selesai pada akhir 2023, yang dilanjutkan dengan Pre Commissioning dan Commissioning pada awal 2024, dan akan mulai produksi pada bulan Mei 2024,” tutup Tony.
Smelter Manyar memiliki kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) konsentrat tembaga per tahun, dan akan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun. (*)
YPMAK Dukung Upaya Penyelamatan 7 Karyawan PTFI Terjebak Longsor di Tambang Grasberg Block Cave |
![]() |
---|
Longsor Tambang Freeport Indonesia, Tujuh Pekerja Terjebak di Bawah Tanah |
![]() |
---|
500 Karyawan PTFI Warnai HUT RI Dengan Tari Kolosal “Bergerak Bersama dari Hulu ke Hilir” |
![]() |
---|
Ratusan Pelajar SMP 4 Nabire Ikut Pemeriksaan Kesehatan Mata, Difasilitasi Gratis PT Freeport |
![]() |
---|
Freeport Gelar Pemeriksaan Mata Secara Gratis Untuk Pelajar SMP 4 Nabire |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.