Kericuhan di Dogiyai Papua Tengah
Buntut Kericuhan dan Pembakaran, Ratusan Warga Dogiyai Mengungsi ke Nabire Papua Tengah
Sebanyak 150 warga Dogiyai dilaporkan memilih mengungsi ke Nabire, ibu kota provinsi itu. Mereka dikawal ketat oleh polisi.
Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Paul Manahara Tambunan
Truk tersebut kemudian dipalak oleh sekelompok pemuda yang sedang dalam pengaruh minuman keras.
Lalu, sekelompok pemuda itu melempari truk yang datang dari arah Kabupaten Paniai menuju Kabupaten Nabire menggunakan batu.
Menurut Benny penembakan itu dilakukan anggota pada saat melakukan pengawalan salah satu truk pengangkut material.
“Jadi bukan oknum ya. Itu berbeda. Anggota melakukan penembakan karena saat itu kondisinya keos, yang mengakibatkan harus melakukan pembelaan diri,” ujarnya.
Benny menegaskan pada saat kejadian terdapat 2 truk yang dihadang kelompok pemuda yang dipengaruhi minuman keras.
Pasca-penembakan truk yang dikawal anggota berhasil menghindar dari amukan warga, sedangkan 1 truk lagi menjadi amukan warga hingga supirnya dianiaya.
“Anggota kita ada di dalam truk sedang dalam tugas pengawalan salah satu perusahaan. Namun saya belum mendapat informasi jelas tentang perusahaan apa yang dikawal,” tuturnya.
Terpisah, Kapolres Dogiyai, Kompol Samuel D Tatiratu mengatakan, setelah mendengar aksi pemalakan tersebut, anggota Kepolisian langsung menuju lokasi.
Baca juga: Kronologi Kasus Penembakan Seorang Warga di Dogiyai Papua Tengah: Ini Identitas Korban!
"Sesampainya di sana, anggota Kepolisian sudah melihat korban tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan," kata Kompol Samuel D Tatiratu, Sabtu (21/1/2023).

Selanjutnya, dirinya mengungkapkan, anggota Kepolisian bernegosiasi bersama keluarga korban yang telah berada di lokasi kejadian.
Negosiasi itu dilakukan agar korban dibawa ke Puskesmas Bomomani untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
Ironinya, saat korban akan dievakuasi ke Puskesmas Bomomani, anggota Kepolisian dicegat dan diserang oleh sekelompok pemuda.
Sekelompok pemuda itu menyerang anggota Kepolisian menggunakan batu, kayu, dan alat tajam lain.
"Diambil keputusan untuk mengamankan diri di Polsek Mapia mengingat keamanan anggota yang minim," ungkap Kompol Samuel D Tatiratu. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.