Papua Terkini
Biaya Menunggak, Mahasiswa Papua di Jerman Terancam Dikeluarkan: Data Beasiswa Otsus Bermasalah?
Dalam aksi yang digelar pada Kamis (15/6/2023), terungkap bahwa mahasiswa yng kini studi di Jerman terancam dikeluarkan dari asrama.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Kantor Gubernur Papua digeruduk puluhan orangtua penerima beasiswa Otonomi Khusus (Otsus).
Mereka mempertanyakan dana beasiswa yang seharusnya diterima oleh putra-putri mereka yang kini kuliah di luar negeri.
Dalam aksi yang digelar pada Kamis (15/6/2023), terungkap bahwa mahasiswa yng kini studi di Jerman terancam dikeluarkan dari asrama.
Selain itu, data penerima beasiswa menjadi tidak relevan karena banyak nama yang tidak sesuai dan terdapat pemindahan domisili secara sepihak.
Baca juga: VIRAL Asrama Mahasiswa Papua di Makassar Diserang dengan Anak Panah, Pelaku Diduga Ormas: Lihat Itu
Ketua Forum Komunikasi Orangtua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua John Reba menjelaskan, masalah tersebut muncul saat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua mulai melimpahkan program beasiswa Otsus kepada pemerintah kabupaten dan kota di tahun 2022.
Pada data awal ada 3.171 mahasiswa yang menjadi penerima.
"Kami sudah cek, data itu sangat kacau karena ada mahasiswa yang sudah selesai kuliah tetapi masih ada, sementara yang masih aktif justru tidak ada dalam daftar," ujarnya.
Menurut dia, sejak akhir 2022, anak-anak mereka sudah tidak lagi menerima hak mereka yang biasa digunakan untuk membayar biaya kuliah dan tempat tinggal.
Ia bersama puluhan orangtua lainnya mengancam akan menginap di Kantor Gubernur Papua hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Kami akan menginap sampai ada kabar dari anak-anak kami kalau dana beasiswa mereka sudah masuk," kata John.
Anak akan dikeluarkan dari asrama
Sementara Fritz Yusuf Ayomi, orangtua penerima beasiswa Otsus Papua dan sedang berkuliah di Jerman, menceritakan bahwa anaknya sudah akan dikeluarkan dari asrama di kampusnya karena tidak melakukan pembayaran sejak Januari 2023.
"Terhitung pukul 09.00 pagi waktu Jerman, anak saya akan dikeluarkan dari asrama jika belum juga membayar tunggakan selama lima bulan," kata dia. Beban tanggungan yang harus dibayarkan adalah Rp 8 juta tiap bulan atau total Rp 40 juta.
Menurut dia, sang anak berencana akan berusaha tetap tinggal di Jerman karena saat ini kuliahnya sudah memasuki semester akhir.
Pilihan yang diambil sang anak adalah dengan membeli tenda dan berusaha tidur di taman-taman yang ada di Kota Berlin.
Baca juga: LBH Kecam Kekerasan Ormas hingga Pembiaran Aparat dalam Aksi Damai Mahasiswa Papua di Bali
Bantuan Aparat Ditolak di Wilayah Yahukimo, Hesegam: Bukan Benci tapi Demi Citra Internasional |
![]() |
---|
Pj Gubernur Agus Fatoni Tiba di Jayapura, Langsung Temui Tokoh Agama dan Adat Papua |
![]() |
---|
Cucu Bung Karno Ini Sebut Perlu Terobosan Problem Provinsi Baru di Tanah Papua, Tak Hanya Anggaran |
![]() |
---|
SAR Gabungan Lakukan Pencarian Demianus Waromri yang Tertimbun Longsor di Keerom Papua |
![]() |
---|
Meki Nawipa dan 8 Bupati di Tanah Papua Jumpai Menteri PU, Minta Pembangunan Infrastruktur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.