ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Literasi Anak Papua

Yayasan Berkat Lestari dan Kemendikbud Bahas Diseminasi Program Organisasi Penggerak di Jayapura

Penggerak Yayasan Berkat Lestari Purnama Sinaga, menilai sejauh ini program tersebut berjalan sesuai dengan jadwal.

Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Paul Manahara Tambunan
Tribun-Papua.com/Hendrik Rewapatara
Suasana pertemuan Diseminasi Program Organisasi Penggerak (POP) di Kota Jayapura, Jumat (30/6/2023). 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Yayasan Berkat Lestari bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar pertemuan Diseminasi Program Organisasi Penggerak (POP) di Kota Jayapura, Jumat (30/6/2023).

Pada kesempatan ini, Direktur Yayasan Berkat Lestari Dwi Utari Tamanbali mengatakan, momentum ini adalah rangkaian kegiatan bagian dari program organisasi penggerak.

"Dimana, ini adalah kerjasama antara Yayasan Berkat Lestari bersama Kemendikbud Ristek. Kegiatan ini kita namakan Desiminasi program, dimana pada kesempatan ini kita membagikan hasil dari program litersi baca tulis yang kita laksanakan di 24 Sekolah dasar di Kota Jayapura," kata Dwi Utari Tamanbali kepada Tribun-Papua.com, di Padang Bulan, Kota Jayapura.

Baca juga: Yayasan Berkat Lestari Gandeng Dinas Pendidikan Kota Jayapura: Replikasi Program Literasi

Utari menjelaskan, dalam kegiatan ini pihaknya lakukan penilaian, diawal program dengan instrumen Early Grade Reading Assessment (EGRA).

"EGRA itu Instrumen penilaian kemampuan membaca siswa, Ini kita gunakan diawal dan diakhir program. Untuk melihat perubahan, kemampuan membaca siswa," ujarnya.

Tak hanya itu, kata Utari, secara umum, EGRA ini dilakukan bagi siswa kelas awal kelas 2 dan kelas 3 sekolah dasar.

"Jadi, siswa yang sama akan kita nilai juga kemampuanya diakhir program. Hasilnya, diawal waktu kita lakukan penilain untuk kelas 2 itu dari 24 sekolah, 61 persen siswa belum lancar membaca," katanya.

Meski begitu, kata Utari, melalui pendampingan yang dilakukan, dengan metode literasi kelas awal itu, mampu menurunkan jumlah siswa yang tidak bisa membaca.

"Dari tidak bisa membaca yang semula 61 persen, hanya tersisa 45 persen di kelas 2," ucapnya.

Selain itu, kalau kelas 3 dari 41 persen. menurun menjadi sisa 26 persen, yang tidak bisa baca.

Sementara yang bisa membaca dengan pemahaman, karena pihaknya tidak ingin anak hanya bisa membaca saja, tapi anak mesti paham apa yang dia baca.

"Karena ini adalah keahlian untuk dia belajar, untuk mata pelajaran yang lain."

"Kalau di kelas 2 yang awalnya hanya 8 persen yang bisa membaca fasih dengan pemahaman, kemudian meningkat menjadi 17 persen. Kalau kelas 3 dari 18 persen naik menjadi 27 persen," sambung Utari.

Dengan begitu, kata Utari, sudah kelihatan bahwa, pendampingan yang dilakukan selama kurang lebih 4 bulan ini, sudah mampu membuat perubahan yang cukup signifikan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved