ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Mengenal Koteka, Pakaian Adat Papua yang Pernah Dirazia pada Zaman Orba

Koteka merupakan pakaian adat Papua. Kata koteka berasal dari salah satu suku di Paniai yang artinya pakaian.

YouTube Tribunnews
Pusat penyedia cenderamata khas papua, Puncak Jaya Art di Kawasan Hamadi menjual ratusan koteka saat PON XX Papua 2021 - Koteka merupakan pakaian adat Papua. Kata koteka berasal dari salah satu suku di Paniai yang artinya pakaian. 

TRIBUN-PAPUA.COM - Koteka merupakan pakaian adat Papua.

Koteka merupakan pakaian khusus yang dipakai untuk menutupi kemaluan laki-laki di beberapa suku di Papua.

Koteka atau holim terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), kata koteka berasal dari salah satu suku di Paniai yang artinya pakaian.

Baca juga: Penggunaan Koteka di Papua Street Carnival Dinilai Lecehkan Budaya, BEM Nusantara Bersuara Keras

Walau koteka masih menjadi souvenir favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Papua, di lembah Baliem masih banyak pilihan lain seperti kalung manik, tempat air dari labu sampai dengan kapak batu yang mash asli.
Walau koteka masih menjadi souvenir favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Papua, di lembah Baliem masih banyak pilihan lain seperti kalung manik, tempat air dari labu sampai dengan kapak batu yang mash asli. ((KOMPAS/ARBAIN RAMBEY))

Koteka merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam kehidupan keseharian suku-suku bangsa di wilayah ekologis pegunungan tengah Papua.

Ada dua ukuran koteka, yakni holim kecil (halus) dan holim pendek besar.

Jenis koteka kecil terdapat di daerah lembah Baliem, terutama di Wamena Kota, Asologaima dan Kurulu.

Ukuran bagian bawahnya sedang dan atasnya runcing.

Sebagian masyarakat Dani mengenakan koteka yang ukurannya pendek dan besar.

Kalabasah atau labu air yang berdiameter relatif besar itu dipotong hampir setengahnya sehingga ujungnya bolong yang ketika dipakai biasanya bagian bolong itu ditutup dengan daun.

Sementara jenis koteka besar ada di lembah Baliem, Ilaga, Tiom, Yalimo, Apalahapsili, Welarak, Kosarek, dan Oholim.

Baca juga: PYCH Diminta Klarifikasi Penggunaan Koteka pada Papua Street Carnival, Tokoh Adat Ini Teriak Keras

Ada tiga cara penggunaan koteka yakni:

1. Tegak lurus melambangkan pemakainya adalah pria sejati dan masih perjaka (belum pernah melakukan hubungan seksual).

2. Miring ke kanan, melambangkan kejantanan laki-laki sejati memiliki status sosial yang tinggi dan bangsawan.

3. Miring ke kiri, melambangkan pria dewasa golongan menengah dan menunjukkan pemakainya keturunan panglima perang (apendugogar).

Pernah Dirazia pada Zaman Orba

Dilansir Kompas.com, koteka memiliki riwayat kelam di Tanah Air yakni pada zaman Orde Baru (Orba).

Pada tahun 1971, pernah ada operasi koteka yang dilakukan pemerintah Papua setempat untuk mengganti koteka dengan celana pendek.

Razia yang disebut dengan Operasi Koteka itu meanrgetkan pengguna koteka di Irian Barat (saat ini Papua).

Mereka dipaksa menggunakan celana pendek.

Baca juga: Mahasiswa dan Tokoh Adat Kecam Penggunaan Koteka di Acara Papua Street Carnival: PYCH Klarifikasi!

Dana yang digelontorkan pemerintah untuk Operasi Koteka ini adalah sebesar Rp 205 juta.

Operasi tersebut bahkan juga menyasar pada wanita Papua yang menggunakan sali dan yokal, rok jumbai yang terbuat dari rumput gajah.

Mereka diberikan sarung sebagai pengganti sali dan yokal.

Saat itu, Departemen Penerangan mengatakan, operasi koteka tersebut sebagai langkah awal untuk memajukan para penduduk pedalaman yang disusul dengan langkah-langkah lainnya.

Namun, Operasi Koteka tak berjalan mulus seperti yang direncanakan.

Kolonel Bambang Sumitro yang saat itu menjabat sebagai Ketua Task Force Pembangunan Masyarakat Pedalaman saat itu menjelaskan, yang menjadi kesulitan saat operasi koteka berlangsung adalah pola pikir masyarakat yang sudah berusia tua di Irian Jaya.

Bambang lalu menggunakan pendekatan sepak bola untuk mengganti koteka dengan celana pendek.

Masyarakat Irian Jaya saat itu gemar dengan permainan sepak bola. Akan tetapi, ketika sepak bola dimainkan dengan mengenakan pakaian koteka, bisa terjadi hal yang berbahaya.

Faktor lainnya yang menghambat Operasi Koteka saat itu adalah faktor ekonomi di mana pengguna koteka tak memiliki uang untuk membeli baju yang waktu itu memiliki harga selangit. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Masa Kelam Koteka Era Orba, Warga Papua Dirazia dan Dipaksa Pakai Celana Pendek

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved