Harganas di Papua
Puncak Peringatan ke-30 Harganas, Ini Kata Kepala BKKBN Papua
"Tantangan kami tidak lagi terfokus pada pengendalian kuantitas penduduk, mencegah ledakan penduduk dan menekan jumlah kelahiran."
Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Puncak Peringatan ke-30 Hari Keluarga Nasional (Harganas), Provinsi Papua dilaksanakan pada hari ini, Kamis (27/7/2023).
Hajatan itu berlangsung di Halaman Kantor BKKBN Papua, di Abepura, Kotaraja.
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Papua, Nerius Auparay mengatakan, ada dua amanah yang diberikan Negara kepada BKKBN yaitu Menjaga Penduduk tumbuh seimbang dan mewujudkan keluarga berkualitas.
Baca juga: Peringati Harganas, BKKBN Provinsi Papua Ajak Semua Pihak Cegah Stunting
"Tantangan kami tidak lagi terfokus pada pengendalian kuantitas penduduk, mencegah ledakan penduduk dan menekan jumlah kelahiran."
"Kami lebih menekankan pada peningkatan kualitas penduduk yang akan mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat," kata Nerius Auparay dalam sambutanya di Kotaraja, Kamis.
Kata Nerius, dalam peringatan Harganas ke-30 mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting Untuk Indonesia Maju.
Menurut Nerius, dibidang pembangunan keluarga, Kita harus mewujudkan keluarga yang berkualitas dengan indikator indek pembangunan keluarga (i-Bangga) yaitu keluarga yang Tentram Mandiri dan Bahagia.
"Angka capaian tahun 2022 sebesar 56,06 adri target 57 (98) persen. Sebagaimana kita ketahui bahwa kualitas keluarga adalah pondasi kualitas suatu bangsa."
Baca juga: BKKBN Papua Intervensi Kampung KB Sekaligus Menurunkan Angka Stunting
"Tantangan tidak lagi pada mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, akan tetapi diera transformasi digital ini bagaimana keluarga bisa menjalankan 8 fungsi keluarganya dan mampu tentap menjaga kesinambungan nilai 2 luhur bangsa yang tetap bisa diajarkan oleh para orang tua kepada anaknya melalui keluarga," sambung dia.
Dikatakan Nerius, tren usia jumlah pernikahan, perceraian, broken home, remaja dengan mentaltal emosional disorder menjadi tantangan untuk menyusun kebijakan.
"Kualitas penduduk dan kualitas keluarga memegang peranan penting dalam pemanfaatan kesempatan bonus demografi yang harus dapat ditranformasikan menjadi bonus kesejahteraan."
"Sebagaimana kita ketahui bahwa celah bonus demografi akan berakhir sekitar tahun 2035 sehingga kesempatan ini harus bisa dimanfaatkan melalui percepatan peningkatan kualitas SDM dan salah satu faktor penentunya adalah percepatan penurunan Stunting," lanjut Nerius.
Baca juga: Kolaborasi Lantamal X dan BKKBN Papua Wujudkan Keluarga Keren Bebas Stunting
Nerius menjelaskan, saat ini Indonesia telah mengalami tren penurunan prevalensi stunting yang cukup siginifikan dari tahun ke tahun, namun masih berasa di atas ambang batas standar WHO, sehingga masih berkategori darurat stunting.
"Berdasarkan data SSGI 2022, prevalensi stunting Indonesia berada pada angka 21,6 persen dan di Provinsi Papua berada di angka 34.6 persen.
Oleh karena itu, kita harus mengerahkan segala daya upaya sehingga target 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai," ujarnya.
Nerius juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah bersama-sama dalam mengupayakan program penurunan stunting di Papua. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/27072023-harganas_ke-30.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.