Sejarah Papua
Jejak PKI dalam Agresi Militer di Papua
Gabungan Kepala Staf (GKS) TNI mencapai kesimpulan bahwa mereka tidak bersedia melakukan perang terhadap Belanda atas wilayah Irian Barat.
Penulis: Paul Manahara Tambunan | Editor: Paul Manahara Tambunan
Operasi dengan sandi Mandala tersebut dipimpin Mayjen Soeharto.
Melihat efektifnya Operasi Mandala dan dukungan kuat Blok Timur terhadap operasi itu, Amerika Serikat akhirnya merayu Belanda berunding dan akhirnya menyerahkan Papua ke tangan pengawas internasional dari PBB pada Agustus 1962.
Aidit tak menunda kesempatan menggembar-gemborkan peran PKI dan kaum kiri terkait perebutan Papua.

Dalam tulisan untuk Pravda, surat kabar CC Partai Komunis Uni Soviet pada 13 Oktober 1962, ia memuji kesatuan golongan kiri di Tanah Air maupun internasional terkait perebutan Papua Barat.
Terkait perjuangan dalam negeri, Aidit menyatakan bahwa tanpa bantuan nyata kubu sosialis, “Kaum imperialis Belanda dan Amerika Serikat tidak pernah akan dapat dipaksa untuk menyetujui pemasukan Irian Barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia.”
Sementara untuk dukungan dari luar negeri, Aidit menuliskan, “tak dapat dibayangkan tanpa bantuan yang sungguh-sungguh tidak mementingkan diri dari pihak negeri-negeri Sosialis terutama Uni Soviet."
"Bantuan tersebut, berupa senjata-senjata termodern dan sokongan moral yang sepenuh-penuhnya amat meninggikan daya tempur angkatan bersenjata Republik Indonesia sehingga menjadi lawan yang sungguh-sungguh ditakuti oleh kaum imperialis.”
Baca juga: Kisah Bung Hatta di Boven Digoel: Baca Buku, Main Catur hingga Mempersiapkan Api Revolusi
Dalam tulisan itu, Aidit juga mengklaim partai menyumbang sukarelawan guna bertempur di Papua.
“Berjuta-juta pemuda dan pemudi Indonesia mendaftarkan diri sebagai sukarelawan untuk dikirim ke daerah front Irian Barat guna merintis untuk penancapan kekuasaan Republik Indonesia di Irian Barat,”klaim Aidit.
Ia juga mendaku, upaya buruh-buruh dalam organisasi sayap PKI mengambil alih perkebunan, pabrik, dan tambang yang dikuasai perusahaan Belanda pada Desember 1957 satu rangkaian dalam upaya perebutan Papua.
Pola pikir Aidit dan propagandanya sama sekali tak memberikan tempat bagi kemungkinan bagi Papua menjadi negara merdeka.
Tuntutan kemerdekaan Papua yang sudah disuarakan sejumlah anasir di Papua saat itu dipandang Aidit sebagai cara-cara “memelihara imperialisme Belanda di Irian Barat dengan meminjam tangan-tangan pribumi.”
Mantra soal peran besar PKI dalam perebutan Papua juga berulang kali dirapalkan Aidit.
“Perjuangan gagah berani daripada rakyat dan anggota-anggota partai kita telah menyebabkan bebasnya Irian Barat dan dicabutnya SOB yang terkutuk itu,” kata Aidit dalam pidatonya dalam sidang pleno CC PKI pada 25 Desember 1963.
Sejarah kemudian mencatat, setelah upaya kup gagal pada 1965 dan pembubaran PKI yang menyusul, justru pihak-pihak di seberang PKI yang menangguk untung dari perebutan Papua yang diklaim atas jasa partai tersebut.
Baca juga: Mengenal Inggit Garnasih, Sosok Inspirasi Soekarno Muda
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.