ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sejarah Papua

TOBATI - Matahari Terbit

Suku Tobati mendiami pesisir Teluk Youtefa seluas 1.675 ha yang termasuk di wilayah distrik Jayapura Selatan dan membangun pemukiman diatas laut.

Penulis: Roy Ratumakin | Editor: Roy Ratumakin
Tribun-Papua.com/Istimewa
Suku Tobati (atau disebut juga Tobati-Enggros; dikenal juga sebagai Youtefa Tobati) adalah kelompok etnis yang mendiami Kota Jayapura, Indonesia. 

Tempat hunian sehari-hari suku Tobati disebut dengan rumah Sway.

Rumah Sway hampir sama dengan rumah adat Kariwari, yang membedakan adalah pada pembagian atau fungsi dari ruangan-ruangannya.

Hal ini dilakukan sebagai pengembangan dari bentuk bangunan rumah adat sehingga rumah adat dan rumah tempat tinggal bisa dibedakan namun masih menjadi bangunan khas suku Tobati.

Untuk pembagian setiap ruangan di rumah Sway terdiri dari ruang tamu, ruang tidur dan ruang makan.

 

Kariwari

Rumah adat suku Tobati disebut Kariwari atau rumah mau.

Rumah adat dengan tinggi 20-30 meter ini dikhususkan bagi laki-laki berusia 12 tahun keatas, sekaligus juga difungsikan sebagai tempat upacara adat, serta tempat untuk mendidik anak laki-laki dalam mencari nafkah dan juga cara bertahan hidup.

Seperti cara memahat, membuat senjata, cara membuat perahu, dan cara berperang.

Bentuk dari bangunan ini sendiri berbentuk segi empat atau juga segi delapan menyerupai limas dengan pembagiannya terdiri dari 3 lantai utama yakni bagian kaki (lantai 1), bagian badan (lantai 2), dan bagian kepala (lantai 3).

Lantai 1 digunakan sebagai tempat untuk mendidik anak laki-laki. Lantai 2 difungsikan sebagai ruang kepala suku dan ruang pertemuan dan tempat istirahat laki-laki. Sedangkan lantai 3 digunakan untuk tempat berdoa.

Bentuk bangunan segi delapan ini dibuat supaya bangunan dapat menahan jika terjadi hembusan angin yang kuat.

Sedangkan untuk bentuk atap yang kerucut, dalam adat Tobati agar mereka bisa lebih dekat dengan leluhur mereka.

Bagian lantai terbuat dari lapisan kulit kayu, kemudian dinding bangunan dibuat dari cacahan pohon bambu, dan untuk atap dibentuk dari daun sagu. (*)

Sumber: Tribun Papua
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved