Cerita Suku Amungme di Mimika Papua Tengah: Mulai dari Tradisi Barter hingga Perang

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Kristin Rejang

TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA - Suku Amungme pada zaman dahulu kala hidup di Lembah Amungsa.

Kala itu, datanglah seorang kepala suku dari kampung nun jauh. 

Kepala suku itu datang karena mendengar cerita bahwa ada barang berharga bernama Kulibia (alat tukar suku Amungme) yang nilainya dua tingkat, atau setara Rp 2 miliar, dipegang oleh kepala suku yang ada di kampung tetangga. 

Kepala suku tersebut lalu bertanya kepada orang yang memegang Kulibia.

"Saya dengar ada Kulibia. Saya mau kulibia itu, saya tukar dengan barang apa?," kata kepala suku tadi. 

Ia lalu memberikan syarat agar kepala suku itu memberikan babi 10 ekor dan beberapa persyaratan lainnya. 

Akhirnya terjadi kesepakatan. Kulibia pun diberikan ke kepala suku.

Baca juga: Tarian Perang Suku Amungme Tampil Memukau pada Festival Budaya di Timika Papua Tengah

Kepala suku akhirnya pulang ke kampung membawa Kulibia dengan janji akan memenuhi permintaan si pemilik Kulibia tersebut. 

Setelah menunggu beberapa bulan berlalu, pemilik Kulibia menjadi gelisah karena persyaratan yang diminta tak kunjung datang.

Ia lalu pergi ke kampung orang yang telah mengambil Kulibia tadi.

Sesampainya di sana, apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan harapan. 

Orang yang mengambil Kulibia itu tidak mau memenuhi persyaratannya, karena menurutnya itu adalah milik ayahnya.

"Kulibia yang kamu kasih itu milik ayah saya maka saya ambil itu benar milik saya," ujarnya.

Akhirnya pemilik Kulibia menjadi murka. Mereka pun bertengkar.