ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pendidikan di Papua

MIRIS! Mayoritas Anak di Asmat Papua Selatan Belum Mampu Membaca dan Menulis

Banyak sekolah di daerah ini kekurangan guru dan sarana prasarana sekolah, membuat proses belajar mengajar menjadi sangat terbatas.

Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan kerja guna meresmikan Bandara Ewer di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Kamis (6/7/2023). 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Cerita memilukan soal dunia pendidikan datang dari Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan.

Bagaimana tidak, mayoritas anak-anak di Asmat belum bisa membaca.

Kenyataan pahit ini benar-benar terjadi di era modern.

Masyarakat Asmat yang hidup di pedalaman dengan akses terbatas, menghadapi berbagai kesulitan.

Salah satunya tingkat pendidikan yang rendah.

Banyak sekolah di daerah ini kekurangan guru dan sarana prasarana sekolah, membuat proses belajar mengajar menjadi sangat terbatas.

Baca juga: 30 Persen Murid SD di Papua Belum Bisa Baca, Literasi Terendah se-Indonesia: Gawat!

Kris, kepala sekolah di salah satu sekolah dasar (SD) di Asmat mengungkapkan, guru-guru di di wilayahnya sulit menerapkan "Kurikulum Merdeka" yang digagas Kemendikbud karena banyak anak yang belum bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Untuk itu, para guru menyesuaikan materi pembelajaran dengan pemahaman anak-anak Asmat.

Guru harus lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran agar mudah dipahami anak-anak di Asmat.

“Kami mencoba berusaha menerapkan kurikulum merdeka yang mungkin sebatas kita memahami saja dulu,” ujar Kris saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (1/8/2024).

Sementara itu, fasilitator area wilayah Kabupaten Asmat dari Wahana Visi Indonesia Maksy Azrul mengatakan, anak-anak di wilayah ini sebenarnya sudah belajar mengenal huruf abjad, tetapi mereka menghadapi kesulitan besar dalam memahami apa yang mereka baca.

“Dari segi pendidikan, anak itu banyak yang sudah masuk SD kelas IV, V, VI, itu belum banyak yang bisa baca. Ada yang sudah bisa baca, tapi bisa baca saja, tidak memahami apa yang mereka baca,” ujarnya.

Ketiadaan buku bacaan dan materi pembelajaran yang memadai juga menjadi salah satu hambatan besar.

Anak-anak di Asmat sering kali harus belajar, tanpa alat tulis yang memadai, dan tanpa dukungan teknologi yang bisa membantu mereka.

Baca juga: Atasi Persoalan Literasi Dasar Baca Tulis, Agus Sumule: Sebut Dana Ada Tergantung Pemerintah

Hal ini membuat kemampuan membaca dan menulis mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan anak-anak di daerah lain di Indonesia. Namun, harapan itu masih ada.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved