Info Jayapura
Ada 7 Unit Eksavator Tambang Emas di Kampung Wakia Mimika, Frederikus: Itu Milik Pengusaha
Kisruh tersebut dilakukan oleh sekolompok warga suku Mee dari Kabupaten Dogiyai dan Deiyai mengklaim bahwa wilayah tersebut merupakan milik mereka.
Penulis: Marselinus Labu Lela | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela
TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA - Kampung Wakia, Distrik Mimika Barat Tengah, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah dua hari belakangan ini tengah terjadi kisruh.
Kisruh tersebut dilakukan oleh sekolompok warga suku Mee dari Kabupaten Dogiyai dan Deiyai mengklaim bahwa wilayah tersebut merupakan milik mereka.
Kampung Wakia merupakan wilayah adminitrasi Kabupaten Mimika berbatasan langsung dengan Dogiyai dan Deiyai.
Kisruh tersebut tak hanya soal tapal batas tetapi, tambang emas ilegal yang banyak hasilnya juga diperubtkan oleh masyatakat suku Mee dan Kamoro.
Kepala Kampung Wakia, Frederikus Warawarin mengatakan, dulunya Kampung Wakia jarang ada perhatian dari pemerintahan setempat karena lokasinya sangat jauh.
Baca juga: Kisruh Saling Klaim Lokasi Tambang, Warga Dogiyai dan Deiyai Bakar Rumah Masyarakat Kampung Wakia
"Jadi Wakia ini mulai dikenal setelah adanya penemuan lempengan emas pada tahun 2003 lalu dan berlanjut sampai saat ini hingga berujung konflik," kata Kepala Kampung Wakia, Frederikus Warawarin kepada Tribun-Papua.com, Jumat (30/8/2024) di Timika.
Ia mengatakan, 7 alat berat tersebut selama ini beroperasi di Wakia mengambil emas dilakukan oleh para pengusaha yang memang punya bidang.
"Saya sudah sampaikan ke pemilik alat berat ini agar memperhatikan masyarakat. Mereka masuk itu ada izin. Kapolres minta operasi ditentikan dan sudah kami lakukan tetapi, ada beberapa orang tidak mau dan saat ini masih beroperasi," katanya.
Ia menyebut, perebutan hak tapal batas terus terjadi hingga saat ini bahkan mobilitas masyarakat suku Mee kian banyak di Wakia.
"Kami harap pemerintah segera melakukan tindakan karena kasihan masyarkat jangan sampai Wakia direbut kabupaten lain," ucapnya.
Ia mengatakan, pasca kejadian pembakaran rumah aparat keamanan telah menuju ke Kampung Wakia.
"Pelaku pembakaran rumah dari suku Mee Dogiyai dan Deiyai. Ini masalah tapal batas dan mereka ingin memiliki," ujarnya.
Lanjutnya, terkait tapal batas ini dirinya sudah koordinasi dengan pemerintah bahkan kepada bupati tetapi respon slow.
Baca juga: Gegara Tambang Emas Tradisional, Oknum Kepala Kampung di Mimika Ngamuk dan Kejar Warga Pakai Parang
"Saya berupaya bertemu pemerintah pusat untuk membahas tapal batas tetapi waega suku Mee tinggal serang terus sehingga belum dilakukan," bebernya.
Saat ini lanjutnya, pihak distrik sudah tiba di lokasi dan aparat keamanan sudah tiba di Wakia.
"Kalau total kerugian pembakaran rumah dirinya belum tahu. Kalau jumlah kepala keluarga di Wakia sebanyak 167 namun sudah ada beberapa warga keluar dari kampung," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.