Cerita
Mengadu Nyali di Pesisir Samudra Pasifik, Kisah Pengabdian Nakes Ravenirara
Bidan Maria Goreti Ati dan rekannya kerap mengadu nyali demi melayani kesehatan masyarakat di Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, Papua.
"Waktu merujuk pasien ibu hamil, kalau cuaca tidak bagus dan keadaannya sudah gawat darurat sampai ibunya melahirkan di atas speed. Biarpun malam hari, kalau ada yang kondisi gawat tetap kita rujuk ke RS naik speed boat," katanya.
Walau sering menempuh perjalanan menegangkan dalam pelayanan mereka di Distrik Ravenirara, Maria dan rekan-rekannya tak pernah kapok. Mereka sudah terbiasa menghadapi situasi itu.
"Ada kepuasan tersendiri bagi kita para petugas kesehatan karena bisa membantu masyarakat banyak. Kalau ditanya pengalaman berkesan, setiap waktu di Ravenirara berkesan bagi saya," tuturnya.
Melompat dan Mendaki
Tak hanya harus menerjang ombak di lautan. Tugas yang dijalani oleh Bidan Maria dan para nakes di Puskesmas Ravenirara juga sangat akrab dengan yang namanya melompat dan mendaki.
Mereka harus selalu melompat ke bibir pantai yang penuh dengan bebatuan besar karena tak adanya dermaga. Tak berhenti di situ, mereka juga harus mendaki bukit untuk menjangkau rumah-rumah warga di perkampungan.
"Bulan-bulan ini kadang kita sulit melakukan pelayanan ke kampung-kampung, karena ada kampung yang pantainya kurang bersahabat, jadi harus turun di bebatuan. Di Ravenirara tidak ada dermaga, kita turunnya langsung di Pantai atau bebatuan. Kita tarik dan dorong sendiri speed boat-nya dibantu masyarakat," ujar Maria.
Aktivitas itu rutin mereka lakukan untuk melayani warga. Pasalnya, sampai saat ini baru satu kampung di Distrik Ravenirara yang bisa dijangkau dengan jalan darat dari Kabupaten Jayapura.
"Transportasi kebanyakan masih lewat laut. Kalau dari pusat distrik ke tiga kampung masih lewat laut. Kalau lewat Depapre (Kabupaten Jayapura) baru satu kampung yang sudah tembus jalan daratnya," kata Maria.
"Medan yang sulit masih kami nikmati, masih melompat ke batu, masih lewat laut, dan masih haus mendaki bukit," sambungnya.
Tak hanya saat melakukan pelayanan kesehatan, ketika pulang ke rumah di Kota Jayapura tiap akhir bulan, Maria dan rekan-rekannya juga harus mengarungi lautan.
Begitu pula saat kembali ke tempat tugas, mereka menumpangi speed boat dari dermaga perikanan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura menuju Ravenirara selama satu jam hingga dua jam perjalanan.
"Kalau kita dari Kota Jayapura mau ke Puskesmas Ravenirara itu kita naik speed boat dari Hamadi karena lebih dekat, kalau laut teduh yah satu jam, kalau cuaca lagi tidak bagus bisa dua jam lah. Jalan daratnya belum sampai ke pusat Distrik. Kalau akhir bulan itu biasanya kami pulang ke rumah satu atau dua hari," ujarnya.
Sebagai bidan, Maria tak hanya melayani seputar persalinan seperti pada umumnya. Di Ravenirara, ia harus siap untuk melayani masyarakat dengan keluhan penyakit apa saja.
"Puskemas kami tidak pernah kosong oleh tenaga medis, kami nakes di sini kalau ada yang punya kegiatan kedinasan atau keperluan di Kota, teman-teman yang lain akan mem-backup. Termasuk saya yang bidan, terkadang saya juga harus siap dan sigap untuk melayani masyarakat dengan keluhan penyakit apa saja, karena masyarakat kan tahunya kita petugas kesehatan, jadi mereka tahunya kita bisa semuanya," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.