Cerita
Mengadu Nyali di Pesisir Samudra Pasifik, Kisah Pengabdian Nakes Ravenirara
Bidan Maria Goreti Ati dan rekannya kerap mengadu nyali demi melayani kesehatan masyarakat di Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, Papua.
Pengabdian tenaga kesehatan di Distrik Ravenirara diakui oleh Kepala Puskesmas, Cipta Kaisarea Sijabat memang cukup sulit dan butuh mental yang tebal.
Ia paham betul kesulitan bertugas di sana, karena sudah mengabdi selama 11 tahun di wilayah tersebut.

"Pelayanan kami kalau mau dibilang susah memang susah karena belum ada akses darat yang bagus. Lebih banyak dijangkau lewat jalur laut," kata Sijabat.
Mendapatkan Penghargaan
Berkat kegigihannya menjalankan tugas demi peningkatan pelayanan kesehatan di Distrik Ravenirara, Bidan Maria pernah diganjar penghargaan karena menelurkan inovasi untuk mendongkrak pertumbuhan imunisasi.
Inovasi tersebut dilakukan dengan melihat pada latar belakang penyebab minimnya cakupan imunisasi di Distrik Ravenirara.
Di antaranya, kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Masih ada orang tua yang tidak mengizinkan anaknya diimunisasi, medan yang sulit dan sejumlah alat pendukung kesehatan dan penyimpanan obat yang rusak akibat banjir bandang pada tahun 2019 lalu.
Ada empat inovasi imunisasi Ravenirara, yakni Java Tea (jaga vaksin tetap aman), Keset dalam Sempit (Kesempatan dalam kesempitan), Cari Muka (cari dan temukan) dan Ulat Sawa (Untuk laporan tepat sasaran dan waktu).
Inovasi dari Java Tea yakni Puskesmas menyediakan satu kulkas obat sebagai tempat untuk penyimpanan vaksin sementara.
Pada saat vaksin didistribusikan, Puskesmas menyediakan dua carrier untuk penyimpanan vaksin dan coolpack cadangan sehingga vaksin yang didistribusikan bisa sampai dengan aman.
Inovasi Keset dalam Sempit yakni pada program imunisasi yang dijalankan sering menyelipkan kegiatan pada program-program kesehatan lainnya.
Misalnya pada kegiatan Pusling, nakes juga melakukan sosialisasi imunisasi, dan mencari bayi dan balita yang belum mendapatkan imunisasi agar diberikan imunisasi.
Inovasi Cari Muka yakni apabila pada saat posyandu atau jadwal imunisasi orang tua tidak membawa bayi atau balita, maka yang nakes lakukan adalah mencari tahu keberadaan dan alasan sasaran tidak datang melalui kader maupun masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan guna menemukan sasaran yang belum terimunisasi.
Inovasi Ulat Sawa yakni memastikan pencatatan pada buku bayi, buku register Puskesmas maupun kartu imunisasi TT harus tepat sasaran dan akurat.
Bagi bayi yang tidak memiliki buku akan dicetakkan kartu imunisasi sebagai pegangan untuk orang tua. Selanjutnya data-data imunisasi itu akan diinput di aplikasi sehat Indonesiaku.
"Setelah melakukan inovasi tersebut selama setahun, perubahan yang terjadi adalah masyarakat lebih memahami lagi tentang pentingnya imunisasi dibuktikan dengan cakupan imunisasi yang lebih baik dari tahun sebelumnya," kata Maria.
Pada tahun 2020 silam, cakupan imunisasi Distrik Ravenirara masih di bawah standar.
Sejak diterapkan inovasi imunisasi oleh Bidan Maria, kini 100 persen bayi dan balita di Distrik Ravenirara sudah mendapatkan imunisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie juga mengapresiasi inovasi imunisasi di Distrik Ravenirara.
Berkat inovasi itu, cakupan imunisasi di wilayah tersebut menjadi yang terbaik di Kabupaten Jayapura.
"Tadinya cakupan imunisasi di sana rendah sekali, sekarang begitu ada inovasi itu cakupan imunisasinya sudah mencapai 100 persen, bahkan yang terbaik di Kabupaten Jayapura. Mereka melakukan pelayanan door to door ke perkampungan," kata Lie.
Meski dengan jumlah nakes yang masih sangat terbatas, pelayanan kesehatan di Distrik Ravenirara perlahan terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Pelayanan kesehatan sudah benar-benar berjalan karena kerjasama yang baik dengan pihak kampung.
Masyarakat setempat juga sudah merasakan manfaat dari pelayanan kesehatan di sana. (**)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.