Papua Terikini
Kantor Natalius Pigai Didemo, Mahasiswa Desak Pelanggaran HAM di Papua Segera Diusut
Mereka juga membentangkan poster bertuliskan "Kami Tidak Butuh Keadilan TNI/Polri di Kabupaten Intan Jaya!".
TRIBUN-PAPUA.COM, JAKARTA - Sekelompok mahasiswa Papua demonstrasi di depan kantor Kementerian Hak Asasi Manusia di Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).
Puluhan mahasiswa itu menduduki Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Mereka membawa poster bertuliskan "#Darurat #Militer #IntanJaya".
Mereka juga membentangkan poster bertuliskan "Kami Tidak Butuh Keadilan TNI/Polri di Kabupaten Intan Jaya!".
Dalam orasinya, mereka meminta Kementerian HAM menuntaskan kasus kekerasan di Tanah Papua.
"Di seluruh Tanah Papua terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia, tidak sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM," kata salah satu mahasiswa dari atas mobil komando.
"Betul," teriak mahasiswa lainnya.
"Kami tunggu Natalius Pigai, atau kita bakar ban di depan, minum kopi, tidur di sini," kata mahasiswa lainnya.
Mahasiswa yang berada di atas mobil mengatakan Natalius Pigai harus mendengarkan aspirasi mahasiswa Papua.
Lalu, dia menyerukan "hidup mahasiswa" sebanyak tiga kali.
Baca juga: Satgas Operasi Habema Bentukan Kogabwilhan III Diduga Melakukan Pelanggaran HAM Berat di Intan Jaya
"Dia juga orang Papua, dia harus mendengarkan aspirasi mahasiswa, hidup mahasiswa, hidup mahasiswa, satu komando, hidup rakyat Papua," ujarnya.
Kelompok mahasiswa ini belum diperkenankan bertemu Natalius Pigai.
Hanya ada beberapa pejabat Kementerian HAM di lokasi demonstrasi.
"Kami hanya ingin Natalius Pigai ada di depan kami. Bukan perwakilan-perwakilan," tegas mereka.
Jawaban Natalius Pigai
Sementara itu, Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menerima perwakilan mahasiswa Papua yang melakukan aksi unjuk rasa di depan kantornya.
Ia menyebut, perwakilan mahasiswa menyampaikan kondisi yang terjadi di Intan Jaya, Papua Tengah, setelah terjadinya konflik bersenjata yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
"Ada tiga situasi yang mereka sampaikan, yang pertama terkait situasi Intan Jaya, peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu," kata Pigai.
Para mahasiswa disebut meminta Kementerian HAM untuk melakukan penyelidikan terkait konflik di Intan Jaya tersebut.
Hanya, Kementerian HAM tidak memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan karena berstatus sebagai lembaga eksekutif.
Pigai mengatakan, sebaiknya para mahasiswa membuat laporan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) agar segera dilakukan penyelidikan dan pemantauan.
"Kementerian HAM adalah lembaga eksekutif yang tidak mungkin bisa masuk ke wilayah judisial. Karena itu kami menyampaikan kepada perwakilan mahasiswa agar melaporkan kepada Komnas HAM untuk melakukan pemantauan dan penyelidikan atas peristiwa-peristiwa, terutama korban di pihak sipil," ujar dia.
Terkait ratusan warga yang mengungsi akibat konflik tersebut, Pigai mengatakan, Kementerian HAM akan berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk melakukan pemulihan pasca-konflik.
"Kami akan lakukan mungkin salah satu pejabat dengan beberapa pejabat akan turun juga mengidentifikasi pengungsi untuk menangani korban sipil akibat konflik," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, setidaknya dua warga sipil menjadi korban penembakan dalam konflik bersenjata di Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah, dalam sepekan terakhir.
Satu di antara mereka tewas di lokasi kejadian, tanpa sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat.
Baca juga: Puncak Jaya Membara, 11 Rumah Pegawai hingga Gembala Dibakar
Warga yang tewas adalah Yusak Sondegau. Dia kehilangan nyawa pada 21 Januari lalu. Menurut beberapa saksi, peluru bersarang di punggungnya.
Pada hari yang sama, Juru Bicara Kodam Cendrawasih, Letkol Candra Kurniawan, menyatakan bahwa pihaknya yang menembak Yusak.
Candra menuduh laki-laki berumur 40 tahun itu merupakan anggota milisi pro-kemerdekaan Papua.
Akan tetapi, pihak keluarga membantah tudingan itu dan berkata bahwa Yusak adalah pekebun yang juga bekerja sebagai pegawai pemerintahan Kampung Buwisiga di Distrik Homeyo.
Satu warga sipil lain yang menjadi korban penembakan adalah perempuan bernama Apriana Sani.
Dia ditembak pada 20 Januari lalu. Apriana bertahan hidup meski peluru tertancap di tangan kanannya. Yusak dan Apriana menjadi korban saat terjadi kontak tembak di Intan Jaya sejak 19 Januari lalu.
Situasi di kabupaten itu memanas seiring gelombang penolakan warga terhadap proyek TNI/Polri membangun Patung Yesus Kristus dan kasak-kusuk izin pertambangan emas di Blok Wabu. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.