Kontak tembak di Jayawijaya
Warga Walelagama Jayawijaya Trauma Usai Kontak Tembak, TNI-Polri Diminta Tidak Memasuki Permukiman
"Jangan ganggu kami di sini. TNI-Polri tidak punya hak masuk ke rumah warga seperti memperlakukan kami seolah mengangkat senjata," warga Jayawijaya.
Penulis: Amatus Hubby | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan wartawan Tribun-Papua.com, Amatus Huby
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAWIJAYA - Masyarakat Kampung Kulaken, Distrik Walelagama, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, dilanda ketakutan dan trauma usai kontak tembak antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) - Organisasi Papua Merdeka (OPM) kontra aparat TNI-Polri di wilayah Pugima, Walelagama.
Seorang warga Kampung Kulaken yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kondisi tersebut kepada wartawan saat ditemui di kampung itu, Rabu (11/6/2025).
"Masyarakat di sini sudah trauma setelah terjadi penembakan beberapa hari lalu," ujarnya.
Dikatakan situasi mencekam ini berlangsung sejak malam hingga pagi. Aparat TNI/Polri terus melakukan patroli, bahkan memasuki permukiman warga di Kampung Kulaken untuk melakukan razia dari rumah ke rumah.
Baca juga: OPM Tebar Teror di Wamena, Egianus Kogoya 5 Kali Beraksi di Wilayah Jayawijaya Sejak Januari 2025
"Sejak pagi, drone sudah berputar di area ini. Sebagian warga melarikan diri ke hutan. Aparat juga sempat melepaskan satu tembakan setelah tiba di Kampung Kulaken," ungkap narasumber tersebut.
Dia menyebut ada empat kendaraan termasuk Strada, truk Dalmas, dan mobil milik TNI terlibat dalam operasi tersebut.
Mobil perang milik TNI langsung parkir di rumah warga sipil, lalu melepaskan tembakan.
Beberapa perwakilan pemuda yang ditemui menilai kehadiran aparat bersenjata mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan ketakutan.
"Kalau mau cari TPNPB-OPM, silakan. Tapi jangan razia ke rumah-rumah warga. Senjata harus dilawan dengan senjata, bukan dengan warga sipil yang sedang mencari makan," ujar salah seorang pemuda.
Masyarakat kini meminta TNI-Polri tidak lagi memasuki wilayah Walelagama.
"Jangan ganggu kami di sini. TNI-Polri tidak punya hak masuk ke rumah warga seperti memperlakukan kami seolah mengangkat senjata," tegasnya.
Sementara itu, perwakilan pemuda Jayawijaya, Erwin Kuan, menilai operasi militer di beberapa titik, termasuk Distrik Pugima, telah mengganggu kehidupan masyarakat adat.
"Kami minta Kapolres dan Dandim buka mata dan hati. Tolong bedakan mana kampung masyarakat sipil dan mana tempat tinggal TPNPB. Jangan semua dianggap sama," ujarnya melalui pesan WhatsApp Group, Kamis (12/6/2025).
Baca juga: Anak Buah Egianus Kogoya Tewas Ditembak, Wamena Jadi Medan Perang TPNPB-OPM
Erwin mengaku sejumlah alat pertanian dan perburuan warga, seperti parang, kapak, panah, dan tombak, disita aparat secara sepihak. Padahal, alat-alat tersebut penting untuk bertahan hidup di Lembah Baliem.
"Kalau semua itu disita seenaknya, lalu kami harus hidup dari mana,"ujarnya.
Ia menegaskan bahwa masyarakat yang terdampak bukan bagian dari kelompok bersenjata. "Kami bukan penjahat. Kami bukan separatis. Kami hanya masyarakat biasa yang ingin hidup damai di tanah kami sendiri," tandasnya.
Menurutnya, lebih dari 80 persen warga Wamena menggantungkan hidup pada alam. "Kami bukan cari masalah, tapi kami tidak bisa diam saat hidup kami diinjak," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.