ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Pegunungan

Tolak Kehadiran TNI Non-organik, Warga Jayawijaya Desak Pemerintah Bertindak Sebelum Jatuh Korban

Adanya aparat bersenjata yang tiba-tiba dan dalam jumlah besar telah memicu ketakutan, mengganggu aktivitas warga, hingga mengancam ketenangan sosial.

Tribun-Papua.com/Istimewa
TOLAK KEHADIRAN TNI - Masyaakat Distrik Ibele di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, saat menyampaikan pernyataan sikap terkait kehadiran militer di wilayah mereka, Sabtu (13/07/2025). 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com,Noel Iman Untung Wenda

TRIBUN-PAPUA.COM,WAMENA - Penempatan anggota TNI non organik di Distrik Ibele, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, menuai penolakan dari seluruh elemen masyarakat setempat. 

Warga menilai kehadiran aparat bersenjata yang tiba-tiba dan dalam jumlah besar telah memicu ketakutan, mengganggu aktivitas warga, hingga mengancam ketenangan sosial di wilayah itu.

Menurut laporan warga, pada 25 Juni 2025, pukul 10.00 WIT, lima unit kendaraan yang mengangkut personel TNI tiba di Ibele dan langsung menyebar ke kawasan hutan sekitar Kali Sayoma dan arah Kipukmo. 

Para personel tersebut kemudian bermalam di kawasan hutan.

Baca juga: Warga Ibele Minta Bupati Jayawijaya Tarik TNI yang Menempati Kantor Distrik

Kemudian pada 10 Juli 2025, sekitar pukul 01.00 WIT, tiga mobil TNI kembali memasuki Kampung Habema, Ibele.

Mereka kembali menyebar ke arah hutan dan bermalam di sana.

Kehadiran yang tidak disosialisasikan ini menimbulkan kekhawatiran besar di tengah masyarakat.

"Cara kedatangan dan penyebaran anggota TNI ini seperti menghadapi situasi darurat atau operasi perang. Ini mengejutkan dan menjadi sejarah baru yang menakutkan bagi masyarakat kami,” ujar Iberanus Hilapok mewakili masyarakat setempat di Ibele, Sabtu (13/07/2025).

Ia menjelaskan dampak Kehadiran TNI di Ibele Warga mencatat beberapa dampak langsung akibat keberadaan TNI non organik di wilayah mereka, di antaranya:

1. Jumlah personel TNI lebih banyak dari jumlah warga lokal.

2. Aktivitas warga terganggu karena rasa takut dan trauma.

3. Sekolah yang dijadwalkan aktif kembali pada 14 Juli 2025 terancam sepi karena siswa mengalami ketakutan.

4. Lokasi penempatan TNI dekat dengan pusat pengobatan masyarakat, menyebabkan gangguan pelayanan kesehatan.

5. Aktivitas penebangan kayu oleh TNI dilakukan di lokasi yang dianggap keramat oleh masyarakat adat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved