Info Jayapura
Dosen FKM Uncen Pakai Teknologi RO Bantu Warga Keerom Atasi Kesulitan Air Bersih
Berdasarkan syarat air bersih air sumur tidak memenuhi syarat karena secara fisik berbau, berasa, dan berwarna.
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjann
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA- Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cendrawasih (Uncen) memasang alat air bersih dengan penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) di Kampung Bibiosi, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua.
Kegiatan itu merupakan kolaborasi antar Uncen dan pemerintah kampung Bibiosi sebagai bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat tahun 2025 dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikristenkan) skema PKM-Saintek.
Ketua Tim Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Helim Rumbiak, mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat itu diawali dengan melakukan survei. Diketahui, masyarakat memakai air dari sumur, air hujan yang ditampung, serta air minum isi ulang.
Baca juga: Pilkada Papua: Mahasiswa KKN di Biak Tak Bisa Memilih? Begini Kata Rektor Uncen
Masyarakat mengonsumsi air sumur dengan metode direbus lalu diminum. Tak hanya itu air sumur juga digunakan untuk mandi, mencuci, dan masak. Dalam kondisi ini menurut hasil survei tidak memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan syarat air bersih air sumur tidak memenuhi syarat karena secara fisik berbau, berasa, dan berwarna.
"Ini secara kasat mata dapat dilihat campuran air ada sedimen dan lumpur yang bisa mempengaruhi air," ujarnya lewat panggilan telepon, Selasa (6/8/2025).
Berkaitan dengan konsumsi masyarakat dalam menggunakan air sumur otomatis ketika tidak memenuhi syarat maka secara mikrobiologis air tercemar bakteri E. coli mengakibatkan gangguan kesehatan pada masyarakat.
Sehingga dengan adanya penerapan teknologi bisa menjadi solusi untuk pemurnian air yang tercemar dan bebas E. coli.
"Rata-rata sumur yang serapan dan tidak terlindungi dinding sumur dan jaraknya tidak jauh dari sumber tercemar seperti jamban," ujarnya.
Helim menjelaskan, air sumur juga berdampak buruk pada kesehatan yakni menyebabkan diare serta penyakit kulit. Orang yang rentan terhadap bakteri adalah balita, anak-anak, serta wanita hamil.
"Melihat kondisi kampung berdasarkan karakteristik lingkungan, aktivitas masyarakat sangat berkaitan dengan kegiatan kami. Dimana tujuan kegiatan ini mau meningkatkan akses air bersih melalui penerapan teknologi," jelasnya.
Di sisi lain, Helim menilai tantangan cukup besar yakni akses masyarakat untuk membeli air cukup jauh, dengan memakai tranportasi atau berjalan kaki untuk mendapatkan air yang layak untuk di konsumsi.
Penerapan teknologi RO dikampung ini diharapkan bisa mencegah masyarakat dari berbagai macam penyakit.
Lebih lanjut, kata Helim, dalam pengabdian itu masyarakat dilatih cara pengoperasian, dan pemeliharaan alat, serta sosialisasi tentang pentingnya air bersih.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.