TRIBUN-PAPUA.COM - Seorang dokter paru bernama Mawartih Susanti ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di perumahan dokter, Kelurahan Siriwini, Nabire, Papua Tengah, pada Kamis (9/3/2023).
Ia ditemukan tewas di atas tempat tidurnya oleh seorang saksi yang hendak menjemput korban ke tempat praktik.
Dokter Mawar merupakan dokter asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Namun, hingga kini belum diketahui pasti penyebab kematian Dokter Mawar.
Baca juga: Tidak Ada Dokter, Puskesmas Popugoba Jayawijaya Minta Pemerintah Segera Kirim Nakes
Berikut sejumlah fakta mengenai kasus kematian Dokter Mawar:
1. Keluarga Ungkap Kejanggalan
Perwakilan keluarga almarhum, Mayor Inf Sermon Runtuk menyebut adanya kejanggalan terkait kematian Dokter Mawar.
"Pada tanggal 9 Maret 2023, kami keluarga di Makassar dikagetkan oleh berita dari Nabire bahwa anak terkasih kami, Dokter Mawar telah meninggal dunia," ucap Sermon, seperti dikutip dari Tribun Timur.
"Saya menghubungi keluarga, mereka mengatakan bahwa informasi itu tidak benar. Karena besoknya (Dokter Mawar) memiliki tugas kerja di Jogja. Namun pada tanggal 10 Maret, jenazah tiba di Makassar. Kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk proses autopsi," lanjutnya.
Setelah pihak keluarga melihat langsung kondisi jenazah Mawartih, ditemukan tanda-tanda kejanggalan atas kematian dokter spesialis paru tersebut.
"Setelah dibuka, kami menemukan banyak tanda-tanda yang tidak bisa kami ungkapkan pada saat ini," jelasnya.
"Untuk itu, kami keluarga sangat berharap agar kasus ini terungkap dengan jelas, benar, dan adil terhadap almarhumah," pinta Sermon.
Sementara itu, seorang kerabat yang ada di rumah duka mengatakan ada dugaan tanda-tanda kekerasan yang dialami Dokter Mawar.
"Kalau dilihat dari fotonya (almarhumah), memang ada tanda-tanda (kekerasan), tetapi hasil autopsi yang akan mengungkapkan kebenarannya," ucap seorang kerabat.
Baca juga: Mahasiswa Kesulitan Biaya Hidup, Dinkes Provinsi Papua Dorong Pembukaan Jurusan Dokter Spesialis
2. Kata PDPI Cabang Papua soal Adanya Luka Lebam
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Papua, dr Hendra Sihombing, mengaku mendapat informasi dari keluarga almarhumah bahwa terdapat luka lebam di jenazah Dokter Mawar.
"Informasi yang saya dapatkan seperti itu (ada kejanggalan)," kata dr Hendra Sihombing kepada wartawan seusai melayat di rumah duka Jl Mannuruki II, Lorong I, Kecamatan Tamalate, Makassar, Senin (13/3/2023) siang, seperti dikutip dari Tribun Timur.
"Ada lebam bahkan dari pihak keluarga menyampaikan badan itu punggung belakang biru, ada darah di leher dan ada beberapa tulang rusak yang patah," ucapnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku tetap menunggu hasil autopsi yang dilakukan Biddokkes Polda Sulsel.
"Kami sangat berharap kepada aparat penegak hukum untuk segera menyelesaikan kasus ini untuk mendapatkan titik terang penyelesaian yang terbaik," ujarnya.
3. Penjelasan Polisi
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Kapolres Nabire AKBP I Ketut Suarnaya menjelaskan, ada dugaan kematian korban disebabkan hal yang tidak wajar, sehingga polisi melakukan penyelidikan.
"Autopsi dilakukan di RS Bhayangkara Sulawesi Selatan dan ini sedang berproses, kita saat ini sedang menunggu dari hasil pemeriksaan jenazah. Ada beberapa bukti yang ditemukan di sekitaran TKP untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium forensik," ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (13/3/2023) malam.
Sebanyak 23 saksi telah diperiksa untuk mengungkap penyebab kematian Dokter Mawar.
"Sudah empat kali kita lakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sejak ditemukannya jenazah, mulai dari titik ditemukannya jenazah hingga radius 50 meter. Ada 23 saksi yang telah dimintai keterangan, sudah ada beberapa bukti petunjuk untuk kita teliti secara detail guna mengungkap suatu kasus tindak pidana," kata dia.
Ia juga mengungkapkan ada barang bukti yang akan diperiksa di Laboratorium Forensik Mabes Polri.
Pihaknya juga akan menelusuri jejak digital korban.
"Akan juga ada kerja sama dengan ahli digital forensik terkait barang bukti yang telah diamankan oleh penyidik kita," kata dia.
Baca juga: Dinkes Papua Dorong Pembukaan Jurusan Dokter Spesialis
4. Sempat Mengeluh soal Keamanan di Sekitar Rumah Dinas
Dilansir Tribunnews.com, sahabat Dokter Mawar, yakni dokter spesialis penyakit dalam dr Ning dalam akun Instagram pribadinya mengaku mengenal dekat almarhumah dr Mawar semasa hidup.
Dr Ning mengatakan, Dokter Mawar sempat mengeluhkan soal keamanan di daerah sekitar rumah dinasnya di Nabire.
"Beberapa bulan terakhir juga beliau sempat mengeluhkan keamanan di daerah sekitar rumah dinas, tapi belum mendapatkan tanggapan serius karena memang belum ada kejadian yang merugikan saat itu," ujarnya.
5. Tahun Terakhir di Nabire
Tahun ini seharusnya menjadi tahun terakhir dr Mawar bekerja di RSUD Nabire, untuk selanjutnya pindah ke tempat lain.
Namun, karena dr Mawar adalah satu-satunya dokter spesialis paru di Kabupaten Nabire, maka almarhum harus menunggu juniornya tiba untuk menggantikan posisinya.
6. Menkes Janji Usut Kasus
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan langsung belasungkawa atas kematian Dokter Mawar kepada keluarga mendiang di Kota Makassar, pada Senin (13/3/2023).
Budi juga turut menyerahkan piagam penghargaan serta santunan tali kasih kepada keluarga almarhumah sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan dari pemerintah atas jasa dan dedikasi Dokter Mawar dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Ia juga berjanji bakal mengusut kasus kematian Dokter Mawar dan memastikan bahwa kasus ini akan diproses secara transparan.
“Jaminan dari saya masalah ini akan dibuka secara transparan karena itu juga yang diminta oleh pihak keluarga. Tapi tentunya ini butuh proses sesuai aturan,” tegas Budi pada keterangan resmi, Senin (13/3/2023), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Polri masih menyelidiki kasus tersebut untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.
Budi menjelaskan meninggalnya Dokter Mawar telah menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk terus meningkatkan jaminan keamanan kepada tenaga kesehatan, terutama yang bertugas terutama di wilayah terpencil dan tertinggal.
Karena itu, Kemenkes akan menjalin komunikasi dengan Polri dan pemerintah daerah terkait hal ini.
“Saya akan berkomunikasi dengan Kapolri dan Pemerintah Daerah bagaimana layanan kesehatan tetap berjalan dengan adil dan merata. Namun harus disertai dengan jaminan keamanan yang baik untuk dokter dan tenaga kesehatan,” kaya Budi lagi.
Pasalnya, keberadaan tenaga kesehatan merupakan bagian dari misi kemanusiaan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Oleh karenanya mereka harus mendapatkan jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan dari pihak pemerintah daerah dan aparat penegak hukum.
(Tribun Network)(Kompas.com)