KKB Bunuh Pilot Helikopter Intan Angkasa
Begini Respon Komnas HAM Papua Atas Pembunuhan Pilot Selandia Baru Glen Conning oleh OPM
Frits mengatakan, kasus yang melibatkan orang Selandia baru menjadi korban, bukan pertama kali di wilayah Mimika, Papua Tengah.
Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua memberikan perhatian serius terhadap kasus pembunuhan pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning (50) di Kabupaten Mimika.
Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua Frits Ramandey mengatakan, pihaknya akan melakukan investigasi kasus tersebut.
"Pembunuban Pilot Glen Malcolm menjadi perhatian serius oleh Komnas HAM RI Perwakilan Papua, ini menjadi perhatian kami, akan investigasi," kata Frits Ramandey kepada wartawan di Jayapura, Rabu (7/8/2024) sore.
Baca juga: Kesaksian Bidan Selamat dari Aksi OPM Bunuh Pilot di Pedalaman Mimika Papua: Mereka Tembak dari Kali
Frits mengatakan, kasus yang melibatkan orang Selandia baru menjadi korban, bukan pertama kali di wilayah Mimika, Papua Tengah.
"Sebelumnya, seorang karyawan Freeport asal Selandia Baru, Graeme Wall, tewas dan dua staf lainnya terluka dalam serangan 30 Maret 2020 di Kuala Kencana, Timika," ujarnya.
Lanjut Frits, terkait peristiwa tahun 2020 itu pihaknya investigasi dan bisa mengungkap siapa dalang dari penembakan tersebut.
"Terkait kejadian tanggal 5 yang menimpa pilot Glen patut diduga kuat bahwa ini memang direncanakan."
"Kenapa? karena bulan Maret 2024 Komnas HAM sudah menyampaikan bahwa peringatan sebaikanya perusahan yang menggunakan jasa orang asing pilotnya tidak boleh terbang ke arah wilayah rawan konflik," sambung Frits.

Menurut Frits, pihaknya sudah mengingatkan hal itu.
"Kami sudah kasih ingat di bulan Maret 2024 kemarin," ungkapnya.
Baca juga: TERKINI: Helikopter Intan Angkasa Diduga Diserang OTK Saat Mendarat di Pedalaman Mimika Papua Tengah
Untuk itu, peristiwa ini lanjut Frits diduga kuat sudah direncanakan.
"Kejadian ini menunjukan bahwa baik perusahan penerbangan maupun warga negara asing sendiri tidak mempunyai sensitifitas di wilayah rawan," ungkapnya.
Lanjut Frits, Alama itu secara administratif berada di Kabupaten Mimika.
Tetapi dalam bagian dari geografisnya ada di wilayah Nduga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.