Guru di Pedalaman Papua Kirim Surat ke Nadiem Makarim: Tak Ada Seragam, Meja, dan Bangku Layak Pakai
Guru Penggerak Daerah Terpencil, Kabupaten Mappi, Papua, Diana Cristiana Da Costa Ati, menulis surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem makarim.
Ironisnya, tulis Diana, guru yang ada untuk sekolah di kampung tersebut selama ini hanya 2 orang, terdiri dari 1 PNS dan 1 honorer. Keduanya harus mengajar lebih dari 50 anak.
Parahnya lagi, bangunan sekolah hanya ada 3 ruangan untuk 6 tingkatan kelas SD. Sehingga, dua kelas harus digabung dalam 1 ruangan.
"Anak-anak bercerita bila ada urusan di kabupaten, sekolah diliburkan dengan batas waktu yang tak tentu. Bila sudah mencapai seminggu lamanya, anak-anak berangkat ke hutan," kata Diana.
Diana, dan dua rekannya yang juga GPDT Antonius Tampani dan Inda Rovitha Meyok, tidak dapat menerima kenyataan ini.
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya untuk keperluan sekolah seakan tidak tersentuh.
• Kekhawatiran Terbesar Gubernur Papua jika Pemerintah Pusat Tak Segera Tangani Pengungsi Nduga
Bagaimana tidak, ruang kelas layaknya gudang harus ditempati untuk menuntut ilmu.
Tidak ada seragam, buku, pensil, meja dan bangku layak pakai.
Anak-anak harus duduk di lantai, membungkuk untuk belajar menulis. Ada beberapa bangku namun sudah reyot.
Seorang anak mencoba duduk namun roboh seketika. Diam-diam mereka sepakat untuk duduk di lantai. Saat hendak menulis di meja, mejanya bergoyang.
"Ibu guru kami takut meja patah, kata seorang murid. Tidak lagi peduli pada meja dan bangku. Kami semua duduk melantai sambil belajar menulis abjad," tutur Diana.
Diana mengapresiasi, solusi Bupati Mappi mendatangkan GPDT untuk membasmi pelan-pelan virus buta huruf di Mappi.
• Singgung Kasus Kemanusiaan di Nduga Papua, KontraS: Apa yang yang Dilakukan Jakarta?
Namun, apakah dua tahun mengajar di pedalaman membasmi buta huruf cukup? Tentu tidak.
Diana menaruh harapan, kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membuat program skala nasional untuk mencerdaskan anak-anak di pedalaman.
"Indonesia bukan hanya Jawa, kami pun Indonesia. Indonesia bukan hanya kota-kota besar yang sudah canggih dengan aplikasi-aplikasi pendidikan yang mudah didapat lewat Android. Kami di pedalaman yang masih belajar mengenal abjad juga Indonesia," kata Diana.
"Pak Surya Paloh pernah berkata dalam sebuah acara bertemakan Pertaruhan Sang Ideologi. Saya mau lihat Indonesia yang seutuhnya," tutur Diana.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/kondisi-anak-anak-di-kampung-kaibusene-mappi-papua.jpg)