PBNU Minta Presiden Dipilih oleh MPR, Yunarto Wijaya: Semoga Enggak Lupa Tentang Sejarah Gus Dur
Yunarto Wijaya menanggapi usulan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj mengenai pemilihan presiden kembali dilakukan oleh MPR.
TRIBUNPAPUA.COM - Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya menanggapi usulan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden kembali dilakukan oleh MPR.
Dalam hal itu, Yunarto Wijaya mengingatkan masa kepemimpinan Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Yunarto Wijaya berharap, PBNU tidak lupa dengan sejarah jatuhnya kepemimpinan Gus Dur pada masa itu.
Peringatan itu disampaikan Yunarto Wijaya di akun Twitter miliknya Kamis (28/11/2019).
• Alasan Sujiwo Tejo Tak Suka Ahok, Bandingkan dengan Gubernur DKI: Sekarang Kurangin Salahin Anies
Pada Tweet-nya itu, Yunarto Wijaya mengomentari artikel berita dengan judul Said Aqil: PBNU Ingin Presiden Kembali Dipilih MPR.
Dilansir dari Tribunnews.com, Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, menyampaikan usulan agar pemilihan presiden dan wakil presiden kembali dilakukan oleh MPR.
Hal tersebut disampaikan oleh Said Aqil kepada pimpinan MPR di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2019).
Saiq Aqil mengatakan bahwa usulan tersebut merupakan usulan Munas NU 2012 di Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat.
"Tentang pemilihan presiden kembali ke MPR, itu keputusan Munas NU di Kempek Cirebon 2012," ujar Said Aqil di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2019).
Menurut Said Aqil, keputusan tersebut diambil melalui musyawarah para kiai NU.
Pertimbangan NU memberikan usulan itu karena besarnya biaya yang ditanggung akibat pemilihan presiden secara langsung terutama ongkos sosial.
• Tito Karnavian Sindir Anies Jakarta seperti Kampung, Pakar Tata Kota: Eksekusinya Lama Luar Biasa
Pertimbangan NU memberikan usulan itu karena besarnya biaya yang ditanggung akibat pemilihan presiden secara langsung terutama ongkos sosial.
Dirinya menyontohkan perselisihan yang terjadi saat Pilpres 2019 lalu.
Said Aqil mengatakan tidak seharusnya terjadi pertikaian seperti itu lagi.
"Kiai-kiai sepuh, waktu ada Kiai Sahal pas masih hidup, Kiai Mustofa Bisri, menimbang mudharat dan manfaat, pilpres langsung itu high cost, terutama cost sosial," tutur Said Aqil.

"Kemarin baru saja betapa keadaan kita mendidih, panas, sangat mengkhawatirkan. Ya untung gak ada apa-apa. Tapi apakah lima tahun harus kaya gitu?" tambah Said Aqil.