Virus Corona
Polisi yang Viral Bantu Kuburkan Jenazah Corona Ceritakan Kronologi: Setelah Pakai APD Makin Takut
Polisi di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Bripka Jerry Tumundo sosoknya sempat viral karena berani untuk mengubur jenazah Covid-19.
"Namun setelah diberikan pengarahan dari juru bicara Covid-19 maka ia mengiyakan untuk menggunakan APD dan menguburkan jenazah," jelasnya.
Saat ditanya apakah ada rasa takut yang sempat menghinggapi, Bripka Jerry tak membantahnya.
Ia sempat takut setelah mengenakan APD dan masuk ke dalam mobil jenazah.
"Ya nanti saya rasa takut saat saya akan memakai APD, setelah saya memakai APD baru timbul rasa takut di diri saya dan juga pada saat berjalan kaki menuju mobil jenazah, di situ rasa takut saya kembali timbul dan malah lebih takut dan was-was," akunya.
Meski demikian, ia terus berdoa kepada Tuhan agar dijauhkan dari perasaan takut tersebut.
"Namun saya berdoa kepada Tuhan agar supaya bisa diberikan kekuatan, saya bisa menghilangkan rasa takut, dan akhirnya rasa takut itu hilang dan dengan secepatnya saya menurunkan peti jenazah ke dalam liang penguburan," pungkasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-2:39:
Imam Prasodjo Nilai Stigma Negatif karena Tak Ada Simpati
Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo turut menanggapi soal stigma negatif yang didapat orang-orang yang berhubungan dengan Virus Corona.
Hal itu diungkapkan Imam Prasodjo saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (15/4/2020).
Imam Prasodjo mengatakan bahwa stigma negatif bisa berasal dari berita-berita yang beredar.
Namun, berita-berita mengenai Virus Corona itu bukan bermaksud menakut-nakuti melainkan untuk menimbulkan sikap kehati-hatian.
• Percakapan Rahasia Pejabat China soal Corona Bocor, Ungkap Seharusnya Ribuan Orang Bisa Selamat
"Ya ini jelas mengarah pada public stigma ya jadi ada semacam pergulatan pertama memang ada berita-berita yang sekarang ini muncul memang menumbuhkan sikap kehati-hatian, itu sebenarnya yang ingin ditumbuhkan."
"Tapi bukan sikap kekhawatiran yang berlebihan, nah jadi kehati-hatian ini sekarang sudah masuk kekhawatiran yang berlebih bahkan ketakutan yang berlebihan ini yang pertama," ujar Imam.
Menurutnya, ketakutan yang terjadi tidak disertai perasaan empati pada pasien Virus Corona.
"Nah yang saya khawatir di saat orang itu khawatir apa berlebihan dan kemudian takut berlebihan itu menjadi liar, tetapi tidak diimbangi dengan empati," sambunya.
Imam mengatakan, orang-orang yang takut berlebihan itu tidak ikut memposisikan dirinya sebagai korban.
Selain itu, kurangnya informasi yang didapat juga menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan.