Virus Corona
Tim Medis Papua Ketakutan soal Outbreak Covid-19, Hasil Tes 2 Minggu hingga Hanya 1 Dokter Paru-Paru
Tenaga medis di Provinsi Papua khawatirkan outbreak atau ledakan pandemi Covid-19 karena pengujian hasil tes Covid-19 masih berjalan lambat.
'Infrastruktur kesehatan kami tidak siap'
Sementara, di Provinsi Papua, yang sudah bisa menguji hasil tes Covid-19 di Jayapura, jumlah angka kasus meningkat setiap hari, mencapai lebih dari 100 kasus dengan tujuh kematian (data 19/4).
Setiap harinya laboratorium di Jayapura memeriksa 40-50 spesimen, kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Silwanus Sumule.
Papua sendiri telah menerapkan pembatasan pergerakan, yang disebut Silwanus sebaga Pembatasan Sosial yang Diperluas.
Ia mengatakan kebijakan itu dilakukan karena fasilitas kesehatan di Papua yang tak memadai untuk menghadapi Covid-19.
Papua, provinsi terluas di Indonesia dengan lebih dari 3,4 juta penduduk, hanya memiliki sekitar 75 ventilator di semua rumah sakit yang ada di Papua.
"Pembatasan sosial yang diperluas dilakukan karena kami tidak siap. Infrastruktur kesehatan kami tidak siap melakukan hal ini (menangani lonjakan pasien Covid-19). Sosial budaya kami bisa mempercepat penyebaran," ujarnya.
Ia merujuk pada kebudayaan warga Papua yang sering berkumpul.
Di daerah-daerah pegunungan yang akses komunikasinya terbatas, perkumpulan-perkumpulan bahkan masih terjadi, ujarnya.
Doktor Hasmi, yang juga pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih, membuat permodelan Covid-19 di penyebaran di Papua dan mengatakan hasilnya "mengerikan".
Dengan skenario penutupan wilayah seperti di Wuhan, China saja, Hasmi mengatakan, angka penyebaran Covid-19 di Papua bisa mencapai ribuan, dengan puncak di bulan Mei.
Apalagi, tambah Hasmi, gizi sejumlah masyarakat di Papua masih belum baik, yang bisa memperburuk imunitas masyarakat.
"Papua dan Papua Barat kalau bisa ditingkatkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," ujarnya.
Sebelumnya, Kabupaten Mimika, Papua, juga Kabupaten Fakfak dan Kota Sorong di Papua Barat, telah mengajukan permohonan melaksanakan PSBB kepada Kementerian Kesehatan, tapi ditolak karena dianggap belum memenuhi sejumlah syarat.
(BBCIndonesia)