Perjuangan ABK di Kapal China, Yuli Pernah Dipukuli ABK Lain karena Dapat Pujian Kapten Kapal
Yuli memulai petualangan hidup sebagai dengan mendaftar sebagai tenaga penangkap ikan dengan harapan meningkatkan taraf hidup.
Kapal bermuatan 30 orang tersebut beroperasi di lautan antara Peru hingga Uruguay.
Tiap enam bulan sekali mereka pindah wilayah. Untuk menekan biaya kapal hanya bersandar satu tahun sekali.
"Tiap 100 ton bongkar muatan. Di tengah laut ada kapal collecting yang mengambil hasil tangkapan dan menyetor perbekalan selama di kapal," ucapnya.
Cerita Keluarga ABK Kapal China yang Meninggal, Sempat Protes Jasad Korban Dilarung ke Laut
Sempat Dikira Sudah Meninggal
Matanya agak berkaca saat mengenang tahun pertamanya di kapal.
Selama setahun penuh Yuli dan awak kapal asal Indonesia lainnya dilarang berkomunikasi dengan keluarga.
Bahkan, keluarga di kampung halaman hampir yakin kalau Yuli meninggal di laut.
Kawan Yuli sesama ABK asal Indonesia bahkan tidak menerima gaji pada 12 bulan pertamanya bekerja.
Meski bisa makan tiga kali sehari tetapi menu yang disajikan sama rasa, sama rata.
Mayoritas daging babi yang disajikan. Tiap pagi makan bubur cair. Tidak ada sajian khusus untuk ABK Indonesia yang mayoritas muslim.
Adapun fasilitas kesehatan di kapal tersebut, ada seorang tenaga medis yang bertugas melayani empat kapal.
Gaji Dua Tahun Melaut Tak Bersisa
Setelah masa kontraknya habis, Yuli pulang ke kampung halamannya.
Saat itu, dia mendapatkan kenyataan pahit uang yang terkumpul selama ini hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari keluarganya.