Desanya Belum Teraliri Listrik meski 75 Tahun Indonesia Merdeka, Warga: Pak Jokowi Perhatikan Kami
Ratusan desa di Kepulauan Nias, Sumatera Utara (Sumut) belum teraliri listrik meskipun Indonesia sudah 75 tahun merdeka.
Kadangkala hidung mereka penuh warna hitam akibat asap lampu yang terbuat dari botol dan juga rambut mereka terbakar karena terlalu dekat sama lampu.
Karena tak tersentuh penerang listrik PLN, tidak sedikit warga memutuskan pindah ke desa lain, sehingga hanya tersisa ratusan kepala keluarga (KK) di dusun tersebut.
Selain itu, Ia juga mengeluhkan harga minyak tanah mencapai Rp 12.000 per liter.
Itu pun bila ada, dan harga minyak premium untuk genset sedikit naik karena biaya angkut hingga ke rumahnya.
• Tak Punya Ponsel dan Listrik, Siswa di Siak Numpang Teman saat Belajar Online, Kapolres Beri Bantuan
PLN janji alirkan listrik
Lebih lanjut, hampir seluruh dinding rumah milik warga jadi gelap karena terkena asap dari lampu teplok.
Oleh sebab itu, ia bersama ratuusan warga lainnya berharap PLN segera mengalirkan listrik ke rumah mereka.
Permasalahan serupa dialami salah seorang ibu rumah tangga bernama Yarnima Waruwu (32).
Ia ingin sekali memasak menggunakan rice cooker, menikmati dinginnya air es dari kulkas, namun hingga kini rumahnya masih belum teraliri listrik.
"Kami sangat menderita, tidak masuk lampu, setiap malam, usahanya cepat tutup," ujar Yarnima Waruwu, ibu rumah tangga, kepada kompas.com, Kamis (3/8/2020).
Ia dan warga lainya sangat merindukan adanya listrik milik negara di desanya dan berharap Presiden Jokowi mendengar keluhan warganya yang berada di pelosok pedalaman di Nias Barat.
• Penjelasan PLN soal Viral Tagihan Listrik Warga Makassar yang Capai Rp 19 Juta
Ditempat yang berbeda, Kepala PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Nias, Darwin Simanjuntak, juga mengaku bahwa masih banyak desa belum teraliri listrik di Nias.
"Benar, hingga kini banyak desa yang belum dialiri listrik," jawab Darwin kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2020).
Menurut dia, saat ini pelayanan listrik di Kepulauan Nias sudah mencapai 90 persen, dan tidak dapat dilanjutkan sementara akibat terbentur Covid-19.
Selain itu juga akibat geografis lokasi desa, akses jalan yang tidak ada untuk mencapai desa-desa terpencil. Kemudian masih banyak asumsi warga yang meminta ganti rugi terhadap lahan atau tanaman yang dilintasi jaringan. Serta ada jalan namun tidak ada jembatan untuk menyalurkan listrik.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/ratusan-desa-di-kepulaun-nias-belum-tealiri-listrik.jpg)