ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Mulanya Tak Percaya Covid-19 Nyata, Warga Ini Kebingungan saat Merasa Sakit dan RS Penuh

Meski kasus Covid-19 semakin naik, beberapa masyarakat di perkampungan Kota Tasikmalaya tak percaya adanya penyebaran virus tersebut.

(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Antrean ambulans pembawa pasien Covid-19 berjubel di depan IGD RSUD Kota Tasikmalaya. Beberapa di antaranya membawa pasien yang terpaksa dirawat darurat di ambulans karena antrean panjang, Kamis (24/6/2021). 

TRIBUN-PAPUA.COM - Meski kasus Covid-19 semakin naik, beberapa masyarakat di perkampungan Kota Tasikmalaya tak percaya adanya penyebaran virus tersebut.

Diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf, bahkan pihaknya menemukan warga positif Covid-19 yang masih berkeliaran seenaknya di lingkungannya.

Seorang warga mengungkapkan, awalnya warga di kampungnya tidak percaya Covid-19.

Namun suatu hari, ada dari mereka yang kehilangan indera penciuman dan perasa.

Kemudian, hampir semua warga di lingkungan sekitarnya merasakan hal sama seusai berinteraksi tanpa protokol kesehatan.

Baca juga: Cara Penularan dan Gejala Varian Delta, Jenis Virus Corona Baru yang Lebih Kuat

Baca juga: Ahli Ungkap Corona Varian Delta Bisa Menular 5-10 Detik saat Berpapasan

"Mereka baru bilang, awalnya tak percaya Covid-19, enggak akan kena kita di kampung, bebas aja. Tapi setelah positif, bingung rumah sakit penuh. Katanya, kita mau dirawat dimana ini?" kata Zunarya Kasmita (60), seorang warga asal Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Kamis siang.

"Sudah kejadian baru sadar, sebelum kejadian enggak mau dengar sama sekali," katanya. 

Hal sama diungkapkan, Rimsyah Ananda (47), warga Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, yang menemukan hal sama hampir di tiap perkampungan masyarakat beranggapan bahwa Covid-19 tak berbahaya.

Ada yang beranggapan, pakai masker hanya untuk ke kota saja supaya tidak ditilang

Mereka menjalani kegiatan sehari-harinya tanpa menjalankan protokol kesehatan.

Bahkan, ada yang beranggapan bahwa memakai masker hanya saat ke wilayah perkotaan saja supaya hanya tak ditilang petugas Kepolisian.

"Kalau di kampung memang kayak gitu. Minim sekali menjalankan prokes. Sudah kejadian baru mereka sadar," kata Rimsyah.

"Bahkan ada yang positif masih bebas saja nongkrong-nongkrong dan bilang bahwa tak akan menular. Ini yang sangat bahaya pendidikan rendah jadi pemicu penyebaran cepat, enggak peduli ke orang lain di sekitarnya," lanjut Rimsyah.

Warga harus dipaksa sadar, jangan tunggu kena baru mengemis minta bantuan

Rimsyah pun mengaku sangat setuju dengan adanya petugas tracing tingkat RT yang akan diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Menurut dia, sesekali masyarakat harus dipaksa sadar dan jangan menunggu sudah terkena positif baru mereka yang tak taat prokes mengemis ingin dibantu penanganannya.

"Setuju, setuju sekali. Mudah-mudahan yang masih berpikiran seperti cepat sadar. Yang kena gejala dan positif Covid-19 itu bukan aib. Tapi, harus diobati dan sadar diri taat prokes supaya tak menimpa orang di dekatnya," ujar dia.

Baca juga: Sebelum Bakar Perangkat Kades Hidup-hidup, Pelaku Kirim Pesan ke Korban: Jangan Ajak Siapapun

Sebelumnya diberitakan, Presiden RI Joko Widodo telah mengumumkan penerapan PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali yang berlaku mulai 3 sampai 20 Juli 2021.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun tengah berupaya menekan penyebaran Covid-19 yang membludak beberapa pekan terakhir salahsatunya akan segera melakukan lockdown RT zona merah dan membentuk pemburu tracing tingkat RT.

Upaya itu, supaya warga di perkampungan dan zona merah sangat waspada protokol kesehatan dan warga positif Covid-19 yang isolasi mandiri tak seenaknya berkeliaran di wilayah permukimannya.

Kota Tasikmalaya termasuk salahsatu daerah dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang akan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat mulai tanggal 3 sampai 20 Juli mendatang.

Pemerintah kota setempat pun menilai pembentukan petugas tracing di tingkat Rukun Tetangga (RT) zona merah gagasan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, sebagai solusi terbaik memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang membludak.

"Rencana pembentukan petugas tracing tingkat RT yang digagas Pak Gubernur tentunya sangat membantu kami tenaga medis," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, kepada Kompas.com lewat sambungan telepon, Kamis (1/7/2021).

"Selama ini kan, petugas tracing tenaga kesehatan sangat kewalahan dengan membludaknya warga terpapar. Ini tentunya akan mempercepat proses penghentian penyebaran," lanjut Asep.

(Kompas.com/ Penulis Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha)

Berita daerah lainnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Dulu Bilang, Enggak Akan Kena Covid Kita di Kampung, tapi Setelah Positif Bingung Rumah Sakit Penuh...""

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved