Virus Corona
Banyak Penderita Covid-19 yang Cemas dan Bingung saat Isoman, Para Dokter Buat Aplikasi Isoman
Kebanyakan dari mereka merasa cemas setelah diketahui terkonfirmasi positif Covid-19.
TRIBUN-PAPUA.COM - Kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat setiap harinya.
Bahkan, fasilitas di rumah sakit pun sering kali tak mampu menampung seluruh pasien Covid-19 yang datang.
Maka dari itu, penderita Covid-19 yang tak memiliki gejala bisa menjalani isolasi mandiri (Isoman) di kediamannya.
Namun, sering kali kebanyakan dari mereka merasa cemas setelah diketahui terkonfirmasi positif Covid-19.
Mereka juga kebingungan untuk melakukan sesuatu untuk mengatasi apa yang telah dideritanya.

Baca juga: Per 26 Juli 2021, Satgas Papua Catat 187 Warga Sembuh dari Covid-19
Baca juga: Update Virus Corona di Papua dan Papua Barat Hari Ini Selasa 27 Juli 2021: Total Kasus Capai 43.362
Hal ini disampaikan oleh Koordinator Tim Medis Aplikasi Isoman IKA UB, dr Rodhiyan Rakhmatiar.
Aplikasi Isoman merupakan platform online yang dibuat oleh para dokter yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) untuk membantu menganalisa gejala kesehatan bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.
"Sebetulnya penderita yang isolasi mandiri itu banyak yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka juga cemas karena positif Covid-19," kata Rodhiyan, melalui sambungan telepon, Selasa (27/7/2021).
Aplikasi Isoman menganalisa gejala Covid-19 melalui telekonsultasi.
Penderita mendaftar melalui aplikasi tersebut dan mendapatkan kesempatan untuk telekonsultasi dengan tim medis Aplikasi Isoman.
Jika analisa gejala kesehatan itu menunjukkan gejala berat, tim medis dari aplikasi tersebut akan menyarankan untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
"Telekonsultasi ini untuk memberi tahu pasien gejala yang harus dikenali sehingga tidak terjadi kondisi yang semakin buruk dan bisa ke rumah sakit dalam waktu yang tepat," kata dia.
Telekonsultasi melalui aplikasi itu juga untuk membantu penderita Covid-19 yang sedang Isoman supaya menjaga pola makan dan mengkonsumsi obat yang tepat.
Sementara itu, penderita yang terdaftar di aplikasi akan terklasterisasi melalui skrining kesehatan yang harus diisi setiap hari.
Klasterisasi itu meliputi penderita tanpa gejala, gejala ringan, sedang dan berat.