ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Fakta Terungkapnya Kasus 12 Santriwati Dirudapaksa Guru, Ada Korban yang Pulang Kampung saat Hamil

Kasus rudapaksa yang dilakukan seorang guru pesantren, HW, pada 12 santri masih dalam penyelidikan.

Editor: Claudia Noventa
Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan
ILUSTRASI - Kasus rudapaksa yang dilakukan seorang guru pesantren, HW, pada 12 santriwati masih dalam penyelidikan. 

TRIBUN-PAPUA.COM - Kasus rudapaksa yang dilakukan seorang guru pesantren, HW, pada 12 santriwati masih dalam penyelidikan.

Diketahui, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut menyebutkan dari 12 korban di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, 11 merupakan warga Garut.

Bahkan, dari 11 korban tersebut, sudah lahir delapan bayi dari tujuh korban. Satu korban sudah melahirkan dua anak perempuan.  

"Dari 11 korban di kita (P2TP2A Garut), ada 8 orang anak, ada satu (korban) sampai (punya) dua anak, tadi kan di TV saya lihat (berita) dua sedang hamil, tidak, sekarang sudah melahirkan semua," jelas Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari Gunawan, Kamis (9/12/2021) malam kepada wartawan di kantor P2TP2A Garut.

Baca juga: Ikan Mas Ukuran Besar Ditemukan Selamat dalam Bencana Erupsi Gunung Semeru, Khofifah: Saya di Situ

Baca juga: Polisi Tangkap Pembobol ATM Bermodus Bongkar Mesin Pakai Las, Total Hasil Curian Rp 1,8 Miliar

Korban Masuk ke Pesantren HW Rata-rata sejak 2016

Menurut Diah, setelah menerima laporan kasus tersebut sekitar Bulan Mei 2021, pihaknya menerima korban dari Polda Jabar, setelah sebelumnya diambil dari pesantren tersebut, saat itu ada korban yang baru empat hari melahirkan dan dua lainnya dalam kondisi hamil yang saat ini keduanya telah melahirkan.

"Saat ini semuanya (bayinya) ada di ibunya mereka masing-masing," jelas Diah.

Diah menuturkan, para korban rata-rata telah menjadi santri di pesantren tersebut sejak tahun 2016 sampai kasusnya terungkap pada bulan Mei lalu.

Kronologi Terungkapnya Kasus Guru Pesantren Perkosa 12 Santriwati

Kasus ini sendiri menurut Diah terungkap setelah salahsatu korban, pulang ke rumah saat akan merayakan hari raya Idul Fitri. Orangtua korban, rupanya melihat ada sesuatu yang berubah pada anaknya, hingga diketahui anaknya hamil.

"Nah disitulah akhirnya dengan ditemani oleh Kepala Desa mereka melapor ke Polda Jabar. Nah, itu awalnya seperti itu," kata Diah.

Setelah melapor ke Polda, mereka pun laporan ke Bupati Garut dan melapor ke P2TP2A. Sejak saat itulah, P2TP2A melakukan pendampingan terhadap korban dan orangtuanya, hingga saat ini pendampingan masih terus dilakukan.

Baca juga: Pengakuan Pencuri Senpi Polisi di Serui: Saya Lari ke Jayapura Untuk Menukarnya dengan Ganja

Kondisi Korban dan Orangtua

Ketika ditanya soal kondisi korban saat ini, menurut Diah mereka kondisinya secara psikologis sudah lebih kuat.

Karena, sebelumnya memang telah disampaikan kepada mereka risiko yang akan dihadapi jika kasusnya terungkap ke media.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved