ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sosok

Kisah Dokter Cantik Mengabdi di Pedalaman Papua, Susur Pantai 12 jam Layani Warga

Dokter Icha mencoba mengingat pengalaman unik sekaligus menantang selama bertugas bersama rekan kerjanya di pedalaman Papua.

Tribun-Papua.com/Dok Pribadi
MENGABDI - Sosok Nur Nissa Salim Alhamid (32), dokter kelahiran Fakfak yang mengabdi di pedalaman Papua. 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Kesehatan adalah hal yang utama bagi masyarakat Papua untuk  mewujudkan pendidikan dan aspek lainnya menuju era baru.

Hanya, proses memperoleh fasilitas kesehatan itu sangatlah malah, apalagi bagi masyarakat di wilayah pedalaman.

Adalah Nur Nissa Salim Alhamid Md (32), dokter kelahiran Fakfak, Papua Barat, mengabdikan dirinya melayani kesehatan masyarakat di pedalaman Papua.

Ia tak ragu menyusuri pesisir pantai Mimika selama 12 jam, setiap hari untuk melayani pengobatan masyarakat.

Icha sapaan akrabnya, punya cerita pengabdian yang mengharukan saat melayani masyarakat pedalaman Papua.

Baca juga: Seorang Jenderal TNI Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi, Selama Ini Gaji Prajurit Dipotong

Tepatnya di Distrik Agimuga Kabupaten Mimika, berjarak sekitar 87 Km dari Timika, ibu kota kabupaten itu.

Distrik ini dapat dituju langsung melalui jalur udara. Sebagai alternatif, menempuh jalur darat dan bersambung menggunakan perahu. 

"Hatiku tergerak untuk mengabdi bagi masyarakat pedalaman Mimika, sejak kerja di Yayasan Pengembangan Masyarakat pada 2019," kata dr Icha, mengawali ceritanya kepada Tribun-Papua.com, Kamis (24/6/2020).

Pengalaman kerja sebagai tenaga medis di PT Freeport Indonesia, sebelumnya, menjadi modal Icha memberanikan dirinya memilih jalan sunyi: mengabdi.

"Saya merasa cocok dengan yayasan itu ketika pernah bekerja (bareng) di PT Freeport. Kemudian, merasa dekat dengan masyarakat saat penugasan di Kampung Banti," akunya.

Titik pertemuan itu, membuat perempuan kelahiran Fakfak, Papua Barat, tersebut semakin yakin akan pilihannya.

Perjalanannya sebagai seorang dokter di daerah pedalaman Mimika pun dimulai.

Dokter Icha mencoba mengingat pengalaman unik sekaligus menantang selama bertugas bersama rekan kerjanya di pedalaman Papua.

Baca juga: Saat Lukas Enembe Polos Bela Rakyat Papua: Siap Perang dengan KPK dan Minta Merdeka

"Kami harus menyusuri pesisir pantai Mimika, mendaki bukit, dan berjalan kaki untuk sampai ke daerah-daerah pedalaman yang dituju," kata dokter lulusan Universitas Hang Tuah Surabaya.

Daerah yang pernah disinggahinya untuk misi kesehatan masyarakat, ialah pegunungan dan pesisir Kabupaten Mimika.

PERAHU - Dokter Annisa dan rekan tenaga medis saat akan melayani pengobatan bagi warga di Distrik Agimuga, daerah pedalaman Kabupaten Mimika, Papua.
PERAHU - Dokter Annisa dan rekan tenaga medis saat akan melayani pengobatan bagi warga di Distrik Agimuga, daerah pedalaman Kabupaten Mimika, Papua. (Tribun-Papua.com/Dok Pribadi)

Untuk menjangkau wilayah pesisir, Icha dan kawan-kawan harus menyusuri pantai menggunakan perahu susun.

Adapun titik misi di pesisir, tiga kampung di Distrik Mimika Timur Jauh, lima kampung di Distrik Mimika Tengah, enam kampung di Distrik Amar, tiga kampung di Distrik Agimuga, dan lima kampung di Disttrik Kokonao.

"Perjalanan terlama, menuju tiga kampung di Distrik Agimuga. Memakan waktu 10 hingga 12 jam menggunakan perahu susun," jelasnya.

Sedangkan daerah pegunungan yang pernah Icha jalani, dua kampung di Distrik Tsinga dan lima kampung di Distrik Tembagapura.

"Kami harus mendaki bukit terjal dan berjalan kaki, bahkan naik helikopter untuk bisa mencapainya," katanya.

Menurut Icha, kondisi fasilitas di pedalaman pesisir dan pegunungan Mimika belum memadai.

Tiada listrik, apalagi jaringan telekomunikasi. 

Baca juga: Pemerintah di Papua Diminta Berperan Aktif Dekati Masyarakat Atasi KKB

Pasokan makanan biasanya dibawa dari kota. Itu pun tergantung daerah tujuan. 

"Yah kalau mau ke daerah gunung, tidak perlu bawa sayur, sebab sudah ada. Kalau ke pantai tidak perlu bawa ikan, karena tersedia," ujar Icha. 

Menyoal kondisi kesehatan masyarakat di daerah pedalaman, Icha mengatakan rerata baik dan sehat saja. 

"Di pedalaman hanya sekitar 10 persen yang betul-betul sakit serius. Lainnya ke tempat berobat hanya karena merasa senang sebenarnya. Itu, apabila ada dokter atau tenaga medis yang datang ke kampung," ujarnya, berkelakar.  

Icha mengaku senang ketika bisa berbagi dan melihat senyum serta keramahan warga pedalaman Papua, sekalipun tantangan dilaluinya cukup berisiko.

Kepada pemerintah, ia berharap agar lebih memperhatikan fasilitas kesehatan khususnya di kampung.

Baca juga: Korbannya Bertambah 21 Santriwati, Saatnya Hukuman Kebiri bagi Herry Wiryawan?

"Saya berharap agar disediakan ambulance untuk rujukan yang harus siap setiap saat. Mekanisme rujukan pun diperbaiki," ujar Icha. 

Arti Papua bagi dr Nissa 

Dokter Icha mengutarakan isi hatinya soal Papua, tempatnya lahir dan dibesarkan.

Baginya, Bumi Cenderawasih sebutan bagi Papua, ialah segalanya.

Icha mengaku sulit mendefinisikan tanah yang terkenal dengan keindahan serta kekayaan alamnya itu.

Papua sangat besar dan bermakna. 

"Kalau ditanya arti Papua bagi saya, itu lebih kental dari air dan seperti darah bagi saya. Itu identitas. Papua itu adalah saya," pungkasnya. (*) 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved