Sosok
Sosok Rara Istiati Wulandari, Pawang Hujan yang Bikin Heboh Mandalika: Ternyata Lahir di Jayapura
Ia telah melakoni pekerjaan menjadi pawang hujan ini sejak masih usia sembilan tahun dengan menjadi pawang hujan di acara wayang di daerah Yogyakarta.
“Dari kecil diajarkan dunia spiritual. Konon zaman dulu eyang kakung punya adik setiap tahun tepatnya satu suro menghendel upacara di Keraton Solo.”
“Dan setiap tahun ada adu-adu ilmu, siapa yang menang, dia yang handel upacaranya termasuk masalah pawang hujan,” kata Rara.
Bakat Keturunan
Pada periode selanjutnya, eyang kakungnya tersebut menugaskan ayah Rara untuk melanjutkan tradisi tersebut.
Namun sang ayah kurang suka dengan hal tersebut. Sang ayah akhirnya mengajari dirinya.
Rara pun mulai tahun tentang hal-hal yang bersifat gaib.
Sang ayah tahu bahwa Rara adalah anak indigo atau di Bali disebut melik.
“Saat umur tiga tahun bapak saya sakit dan diprediksi akan meninggal saat saya umur 5 tahun.”
“Saya diajarin kayak paranormal activity seperti ngobrol dengan makhluk gaib, roh, termasuk mencium bau awan sebagai pertanda hujan atau tidak.”
Baca juga: Cerita Rara Hentikan Hujan Jelang MotoGP, sempat Tak Diizinkan Gelar Ritual oleh Pihak Penyelenggara
“Dan biasanya banyak yang tidak siap memiliki anak indigo, tapi bapak saya sudah siap.”
“Dan bapak dulu mengaplikasikan ilmu pawang hujan itu untuk sepak bola, yakni bantu Persipura Jayapura yang dulu,” kata wanita kelahiran Jayapura, 22 Oktober 1983 ini.
Tahun 1988, sang ayah meninggal dan Rara menonton video milik ayahnya tentang dunia lain.
Dan sebelum ayahnya meninggal Rara pun sempat memimpikan sang ayah akan meninggal.
Mimpi itu memang terjadi, walaupun sang ibu sempat mengatakan jika sang ayah baik-baik saja.
Dari sana Rara percaya bahwa dirinya bisa meramal apa yang akan selanjutnya dan bahkan ia meramalkan dirinya jika tetap hidup di Jogja akan susah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/rara-pawang-hujan-di-sirkuit-mandalika-motogp.jpg)