Sosok
Sosok Rara Istiati Wulandari, Pawang Hujan yang Bikin Heboh Mandalika: Ternyata Lahir di Jayapura
Ia telah melakoni pekerjaan menjadi pawang hujan ini sejak masih usia sembilan tahun dengan menjadi pawang hujan di acara wayang di daerah Yogyakarta.
Ia pun bercerita saat umur sembilan tahun sudah mampu menjadi pawang hujan.
Dia mendapatkan pundi rupiah dengan bekerja sebagai pawang hujan di acara-acara pagelaran wayang.
“Umur sembilan tahun saya sudah cari uang sendiri dari acara wayang. Waktu itu saya belum menggunakan menyan untuk menjadi pawang hujan. Saya bilang ke dalangnya kalau saya bisa bantu agar tidak hujan,” paparnya.
Dengan melakoni pekerjaan tersebut, ia mendapat uang Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu dan ia merasa sangat senang.
Pernah Hilang di Sangeh
Rara memutuskan pindah ke Bali, karena ia suka dengan alam Bali dan ingin mendapat guru spiritual di Bali.
“Saya selalu ingin pindah ke Bali, tapi mama tidak mengizinkan. Ini dikarenakan saya pernah hilang waktu berlibur di Sangeh saat SMP dulu,” paparnya.
Saat itu ia bersama temannya berlibur ke Sangeh.
Tiba-tiba anting yang dikenakannya ditarik seekor kera, dan ia pun hilang padahal areal Sangeh yang saat itu tak terlalu luas.
Mengetahui Rara sudah hilang, teman-temannya pun mencarinya dan bahkan sempat menelepon sang ibu yang ada di Jogja yang membuat sang ibu panik.
“Waktu itu belum ada telepon genggam seperti sekarang, dan saat itu yang saya lihat hanya monyet.
Saya jalan-jalan sama monyet, saya senang sekali karena saya dikasih pisang sama monyetnya,” tuturnya.
Untuk menemukannya dicarilah pemangku untuk membantu pencarian dirinya.
Ia diketahui menghilang pukul 10.00 dan ditemukan pada pukul 07.30 di tempat yang sama saat pertama kali ia diketahui menghilang.
Baca juga: Pawang Tewas Diterkam 2 Harimau yang Lepas dari Kandang, Satu Harimau Belum Tertangkap
Di sepanjang waktu perjalanan hidupnya ia pun melaksanakan meditasi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/rara-pawang-hujan-di-sirkuit-mandalika-motogp.jpg)