Pemekaran Papua
Nilai Pemekaran Papua Bara Api, Pemuda Ini Tolak Pembentukan 3 Provinsi Baru
Pengamat politik Universitas Cenderawasih (Uncen) Diego Romario de Fretes SIP MA menolak rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Maickel Karundeng
Bagi Diego, pemekaran Papua seperti sangat dipaksakan, karena kalau melihat dari syarat pembentukan DOB haruslah mempunyai setidaknya 1 kota madya.
"Tetapi di Papua Selatan belum ada kota madya, seharusnya secara aturan harus bentuk kota madya dulu baru Provinsi,"ujarnya.
Terkait itu, Diego mempertanyakan sebenarnya ada apa di balik semua ini, pemekaran Papua yang terkesan terburu-buru.
"Apa yang menjadi dasar dari keterburu-buruan ini, dan yang berikut saya takut akan lebih meluasnya pelanggaran HAM di Papua, kita tahu bersama kalau ada provinsi baru maka satuan keamanan pun akan diadakan,"katanya.
Dosen Fisip Uncen tersebut, tidak menolak mentah-mentah soal pemekaran Papua, hanya saja menurutnya jangan terburu-buru dan saat ini terlalu dini untuk memekarkan provinsi paling ujung timur Indonesia itu.
Baca juga: Lengserkan PDIP, Nasdem Gagalkan Koalisi Prabowo Subianto dan Puan Maharani, Hasto Buka Suara
"Dengan adanya pemekaran, apakah pada saat penerimaan CPNS nantinya, masyarakat Papua bisa terakomodir dan jangan sampai yang menikmati sebagai ASN lebih banyak dari luar,"ujarnya.
Selain itu, dengan adanya pemekaran Papua, Diego menuturkan arus kedatangan atau migrasi dari luar akan semakin kencang, dan ini dapat menjadi potensi baik dan buruk.
"Dari sisi positif, orang yang dari luar datang dengan skill dan pengetahuan teknologi yang mumpuni dapat membagi ilmu, namun apabila datang dengan keahlian tidak memadai dan terbatas, maka akan menjadi beban daerah,"katanya.
Untuk itu, ia meminta agar Pemerintah dapat melihat persoalan ini dengan jelas dan dapat mengambil keputusan secara tepat yang mengakomodir suara atau aspirasi masyarakat Papua.(*)