ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sejarah

Hasil Otopsi Ungkap Tidak Ada Luka Penyiksaan pada Jenderal Korban Gerakan 30 September 1965

Kabar penyiksaan sejumlah jenderal, perwira, dan korban dalam Gerakan 30 September 1965 itu begitu lekat di kepala sejumlah orang. Begini faktanya..

Tribun-Papua.com/Istimewa
Soeharto saat pecahnya G30S/PKI (istimewa) 

Sebagai contoh, dalam dokumen itu disebutkan bahwa pada jenazah Jenderal S Parman tidak ditemukan adanya luka akibat penyiksaan.

Hasil otopsi menunjukkan Jenderal S Parman menderita lima luka tembak, termasuk dua yang fatal di kepala.

Selain itu juga terdapat luka robek dan patah tulang di kepala, rahang, dan kaki kiri bawah, masing-masing akibat trauma tumpul yang berat.

Luka itu dipastikan bukan akibat penyiksaan dan tidak bisa ditimbulkan oleh pisau cukur ataupun pisau lipat.

Baca juga: Pemberontakan PKI di Madiun 1948 dan Akar Masalahnya

Otopsi yang dilakukan pada 4 Oktober yang ditandatangani oleh Jenderal Soeharto dan Presiden Soekarno itu menyebutkan bahwa kerusakan pada tubuh sejumlah jenderal terjadi karena jenazah mereka terbaring cukup lama di dasar sumur yang lembab.

Sehingga, ini menyebabkan kondisi mata salah satu korban sangat buruk.

Lima dokter yang melakukan otopsi jenazah para jenderal tersebut terdiri dari dua dokter tentara dan tiga spesialis sipil kedokteran forensik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sumber pemberitaan

Dalam penelitiannya, Ben Anderson menemukan fakta bahwa berita yang menyatakan para jenderal mengalami penyiksaan mengerikan diberitakan oleh dua surat kabar militer: Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha pada awal Oktober 1965.

Pada 5 Oktober 1965,  surat kabar Angkatan Bersenjata menampilkan beberapa foto buram dari pembusukan tubuh, menggambarkan kematian para jenderal sebagai perbuatan biadab dalam bentuk siksaan yang tidak manusiawi.

Sementara Berita Yudha, juga mengabarkan bahwa mayat para jenderal ditutupi dengan tanda-tanda penyiksaan.

Bekas luka di sekujur tubuh mereka diklaim sebagai hasil siksaan yang dilakukan sebelum ditembak.

Keterangan dari Soeharto pun dikutip sebagai bahan pemberitaan di surat kabar Berita Yudha.

Dalam pemberitaannya, Soeharto mengatakan bahwa sudah jelas ada penyiksaan oleh para petualang biadab yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September.

Dalam pemberitaan itu, Soeharto menyatakan: "Jelaslah bagi kita yang menyaksikan dengan mata kepala betapa kejamnya aniaya yang telah dilakukan oleh petualang-petualang biadab dari apa yang dinamakan Gerakan 30 September".

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved