WWF Indonesia
Kembali Melaut Setelah 1 Tahun Dilakukan Sasi
Masyarakat berharap dengan dibukanya Sasi, hasil laut kembali melimpah sehingga dapat meningkatkan sumber pendapatan keluarga dan masyarakat setempat.
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat sepakat untuk mengelola perikanan serta melakukan pemulihan sumber daya laut melalui penetapan tasamu selama satu tahun.
Baca juga: Sekolah Lapang di Kampung Sawesuma Diresmikan, WWF Papua: Jadi Tempat Belajar Nonformal
Pada kurun waktu tahun 2022-2023, Yayasan WWF Indonesia telah memfasilitasi pengambilan data pesisir laut menggunakan pendekatan Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM), atau Pengelolaan Perikanan berbasis Ekosistem.
Melalui pendekatan tersebut, didapat bahwa kondisi perikanan di Kampung Asai kurang baik, hanya terdapat 39 jenis ikan.
Hal tersebut diperburuk dengan adanya aktivitas masyarakat dari luar kampung yang masih melakukan praktik penangkapan ikan dengan menggunakan potasium.
Acting Head of Forest & Wildlife Program WWF-Indonesia, Wika Rumbiak menjelaskan, wujud dukungan dan komitmen terkait penguatan niai-nilai lokal yang berlaku di masyarakat sangat penting.
Sehingga, kata Wika, masyarakat saling terhubung dan menemukan solusi lokal berbasis alam yang efektif dan inklusif untuk pengelolaan yang berkelanjutan, resiliensi pada bencana iklim, dan juga terbuka untuk kolaborasi bersama pemerintah daerah, perguruan tinggi, mitra pembangunan dan masyarakat adat.
Pembukaan sasi diawali dengan atraksi tarian adat, dan ibadah singkat buka sasi di Gereja.
Upacara pembukaan sasi dilakukan di atas perahu yang dilakukan di tengah laut dengan dipimpin oleh Pendeta dan dihadiri oleh tamu undangan dan masyarakat Kampung Asai.
Sasi resmi dibuka dengan ditandai oleh Pendeta yang melakukan doa buka sasi sembari membentangkan tangan ke arah laut.
Masyarakat berharap dengan dibukanya Sasi, hasil laut kembali melimpah sehingga dapat meningkatkan sumber pendapatan keluarga dan masyarakat setempat.
Baca juga: WWF dan FMIPA Uncen Luncurkan Buku bagi Pemandu Ekowisata Burung di Papua
Kemudian, mereka juga berharap bahwa masyarakat dapat tetap mematuhi aturan dan mempraktikan aktivitas memancing ramah lingkungan dengan menggunakan alat tangkap tradisional.
Tidak hanya Kampung Asai saja menanti buka sasi. Namun, turut dinanti pula oleh masyarakat kampung lain yang juga memanfaatkan hasil laut di wilayah yang sama.
Oleh sebab itu, untuk menjamin kemanan dan ketertiban, telah dibentuk Kelompok Pengelola Sasi yang akan melakukan patroli di wilayah Sasi dan melakukan sosialisasi kepada kampung-kampung tetangga untuk memastikan aturan-aturan yang berlaku.
Harapannya masyarakat sekitar paham mengenai aturan tangkap dengan tetap menjalankan kearifan tradisional serta pembelajaran tentang konservasi inklusif yang dilakukan masyarakat adat, demi menjaga sumber daya laut yang dapat dipergunakan bersama untuk kelangsungan hidup kini dan masa mendatang. (*)
Tribun-Papua.com
WWF Indonesia
Kampung Asai
Distrik Windesi
Kepulauan Yapen
Papua
Erni R Tania
Simon Bonay
Wika Rumbiak
Pangan Lokal Punya Nilai Gizi Tinggi, Generasi Papua Kenapa Bisa Stunting? |
![]() |
---|
Sambut Hari Gizi Nasional, Kampung Sereh Gaungkan Pangan Lokal |
![]() |
---|
Menokok SDM dan Alam Papua Dilakukan Unipa dan WWF dalam Seminar dan Pameran Ilmiah |
![]() |
---|
Soal Public Speaking, Jeni Karay Berbagi Tips Atasi Gugup dan Rasa Tidak Percaya Diri |
![]() |
---|
WWF Indonesia Program Papua Gandeng Jeni Karay Latih Anak Muda Public Speaking |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.