ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pemkab Jayapura

Meneliti Sejak 2020 di Kampung Nolokla, Dosen USTJ Hasilkan Bahan Bakar Bio Masa

Dalam penelitiannya, Dosen USTJ memanfaatkan limbah sagu dan pelepah sagu kering menjadi Briket, sebagai bahan bakar bio masa.

Tribun-Papua.com/ Istimewa
Warga Kampung Nolokla Sentani Kabupaten Jayapura Papua, saat melakukan pembuatan Briket sebagai bahan bakar alternatif dari pelepa daun sagu gering dan ampas sagu untuk memasak, Selasa, (10/10/2023). 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Noel Iman Untung Wenda

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Dosen dan mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) berhasil menggunakan bahan lokal menjadi energi terbarukan lewat penelitiannya di Kampung Nolokla, Kabupaten Jayapura.

Dalam penelitiannya, Dosen USTJ memanfaatkan limbah sagu dan pelepah sagu kering menjadi Briket, sebagai bahan bakar bio masa.

Selaku Inisiator kegiatan, Jusuf Haurissa, Dosen Fakultas Mesin USTJ mengungkapkan, hasil penelitian itu, dipersembakan kepada masyarakat  Nolokla, sebagai wujud pengabdian. 

Baca juga: September 2023, 10 Peserta Beasiswa YPMAK di USTJ Jayapura Akan Wisuda

Ia menerangkan, kegiatan ini berawal dari dana penelitian Kementrian Riset  Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) atas hasil kompetisi para dosen.

"Dari dana itu, saya kembangkan ini Briket (bahan bakar) untuk membantu masyarakat asli Papua mengelola sumber daya alam yang tidak terpakai menjadi energi terbarukan dengan bahan-bahan lokal di sekitar mereka," katanya di Kampus USTJ, Selasa, (10/10/2023).

Proses penelitian bersama Dosen Akuntansi  Gratiana Deodata, dan Dosen Teknik Informatika Rizkial Achmad itu, dilakukan sejak 2020 lalu.

Sayangnya, kata Jusuf,  penelitian sempat tertunda lantaran Covid-19 yang melanda seluruh belahan dunia, termasuk Papua.

Penelitian pun berlanjut di 2021.

Kegiatan ini melibatkan ibu rumah tangga serta beberapa pemuda sebanyak 20 orang.

"Masyarakat sudah tahu, dan bisa mengelola. Jadi, tahun ini kami hanya mendorong menjadi usaha kecil agar bisa memproduksi briket di Kampung Nolokla dan dijual," jelasnya.

"Mereka punya kelompok ibu- ibu, dan ada juga sejumlah bapak dan anak muda. Sekarang ini mereka sendiri yang cetak," ujar Jusuf.

Jusuf mengaku sudah ada pelanggan yang ingin membeli Briket tersebut.

"Untuk pemesaran mereka harus produksi sebanyak mungkin dan Briket ini juga bisa diantar ke rumah makan,”akunya.

“Ya, pokoknya sudah banyak yang pesan, jadi mereka malah kewalahan karena tenaga,"sambungnya.

Baca juga: 9 Pengibar Bintang Kejora di Kampus USTJ Jayapura Jadi Tersangka, Tiga Orang Dijerat Pasal Makar

Jusuf berharap, Kampung Nolokla menjadi contoh usaha mikro berbahan lokal.

“Dari pelepah sagu dan ampas sagu juga bisa dibentuk seperti sarang lebah pengganti minyak tanah untuk masak di rumah seperti kompor,  dan berbentuk kotak untuk membakar sate, ikan dan lainya," tukasnya

 Pemkab Jayapura juga diminta mendukung kelanjutan pembuatan Briket tersebut.

"Mereka (warga) kesulitan, mereka ada  rumah produksi, tapi sangat minim, dan kami baru mulai dua minggu yang sudah dipacking sekitar 500an yang siap dijual," beber Jusuf.

Baca juga: BEM USTJ Sesalkan Tindakan Represif Polisi saat Bubarkan Demo Tolak DOB

Ditargetkan produk Briket berbahan sagu ini bisa masuk dalam pasaran, serta  memiliki izin usaha dan hak cipta.

"Targetnya harus jadi dulu usaha mikro kecil Briket dan kita akan urus izin," ujarnya.

Selain sagu, kata Jusuf, bahan Briket juga bisa digunakan dari kayu, ampas kayu dan kelapa.

“Jadi kita bisa melibatkan mahasiswa dalam program merdeka belajar dan dosen untuk membuat briket dari bahan lainnya,” tuturnya. (*).

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved